SINGARAJA, BALIPOST.com – Pemilihan Perbekel (Pilkel) serentak diikuti oleh 62 calon perbekel incumbent. Hanya saja, pengalaman memimpin desa, tidak memberikan hasil positif.

Terbukti, dalam laga pilkel Kamis (31/10), 29 calon perbekel “keok”. Sedangkan perbekel yang mampu mempertahankan kursi kekuasaanya tercatat 33 orang.

Data dihimpun di lapangan hingga malam menyebutkan, di Kecamatan Gerokgak, tiga calon petahana gagal meraih kemenangan. Ketiganya meliputi Desa Penyabangan, petahana Made Santika akan digantikan oleh Nyoman Sudiarta. Di Desa Patas, I Kadek Sara Adnyana akan menggantikan posisi Nyoman Suberata. Sementara di Desa Tinga Tinga, Made Suwardipa dipaksa mengakui keunggulan I Komang Adi Wirawan.

Di Kecamatan Busungbiu, empat calon incumbent kalah bersaing. Di Desa Kekeran, petahana Putu Suarjaya harus mengakui keunggulan Komang Eva Wahyu Diatmika. Di Desa Pelapuan, Gede Agus Armika Yasa berhasil mengungguli calon petahana Gede Darmayasa. Di Desa Bengkel, pendatang baru Putu Artana menyingkirkan Nyoman Raisa. Serta di Desa Tinggarsari, calon petahana Ketut Perbawa harus mengakui keunggulan Ketut Samiasa.

Baca juga:  DPRD dan Disdikpora Buleleng Tanggapi Protes Empat Prebekel

Di Kecamatan Seririt, lima orang calon petahana juga menuai kekakalahan. Mereka adalah calon petahana Desa Munduk Bestala, I Gede Arya Astika yang kalah dari I Putu Sriyasa. Di Desa Kalianget Ketut Nanda Kusuma berhasil mengungguli calon petahana Made Sujana.

Di Desa Ringdikit, pendatang baru I Made Sumadi berhasil mengantongi 1.145 suara, selisih 4 suara dibanding calon petahana I Gede Kawit Adnyana yang mengantongi 1.141 suara. Di Desa Kalisada, calon petahana I Nyoman Bagiarta harus mengakui keunggulan Wayan Widistra. Sedangkan di Desa Gunungsari, calon petahana Made Astawa juga kalah dari Ketut Pastika.

Sementara itu di Kecamatan Sukasada empat orang calon petahana yang kandas. Di Desa Kayuputih, pendatang baru Gede Gelgel Ariawan mengungguli calon petahana I Ketut Sumenaya. Di Desa Panji, mantan anggota DPRD Buleleng Jro Mangku Made Ariawan memgalahkan calon petahana Nyoman Sutama.

Baca juga:  Hanura Jajaki Golkar, Demokrat Nyatakan Dukung “Incumbent”

Di Desa Wanagiri, petahana I Wayan Gumiasa kandas atas pendatang baru Made Suparanton. Sedangkan di Desa Padangbulia, petahana I Gede Sudena kalah atas I Gusti Nyoman Suparwata.

Di Kecamatan Sawan, tercatat ada empat petahana yang kandas. Yakni Ketut Laksana, calon petahana Desa Bebetin yang harus mengakui keunggulan I Gede Susanta. Di Desa Jagaraga, petahana Made Sumendra Nurjaya harus mengakui keunggulan Nyoman Partha.

Di Desa Lemukih, I Nyoman Singgih berhasil menang dengan perolehan 1.196 suara dibandingkan petahana I Ketut Budiarta yang mengantongi 1.158 suara. Sedangkan di Desa Suwug, petahana I Wayan Antara dikandaskan oleh pendatang baru Ketut Suadnyana.

Di Kecamatan Kubutambahan, tiga calon petahana yang tumbang. Di Desa Tambakan, pendatang baru I Gede Eka Wandana mengalahkan petahana I Nyoman Surama. Di Desa Bengkala, petahana I Made Arpana kandas atas pendatang baru I Made Astika.

Sedangkan di Desa Bontihing petahana Gede Ardika kalah atas Ketut Daging Arta. Sedangkan di Kecamatan Tejakula, dari lima desa yang menyelenggarakan pemilihan perbekel, seluruh petahana tumbang.

Baca juga:  Puan Maharani Jajaki Peluang Kerja Sama Dengan Partai Demokrat

Di Desa Julah, petahana Ketut Kanis Tanaya tumbang atas I Wayan Suastika. Di Desa Madenan, petahana Komang Mudiartono kandas atas Gede Mustika. Di Desa Pacung, Gede Kardiana mampu mengandaskan petahana Made Yasa. Di Desa Tejakula, petahana I Ketut Suardana kandas atas pendatang baru Gede Diarsa. Sedangkan di Desa Les, Gede Adi Wistara unggul atas petahana Gede Susila.

Atas hasil pilkel ini, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS) mengatakan, perbekel terpilih dituntut cerdas dalam menggunakan anggaran. Tak hanya itu, seorang seorang pernekel memiliki inovasi dalam menjalankan visi misi dan program.

Apalagi, dengan APBDes yang besar, perbekel bisa memberikan kemajuan terhadap desa yang lebih signifikan. “Modelnya sudah beda. Kalau dulu kan (desa) sekadar administratif saja, sekarang, perbekel melahirkan inovasi karena mengelola anggaran yang besar,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *