MANGUPURA, BALIPOST.com – Untuk pertama kali, setelah dilantik 20 Oktober lalu, Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin melakukan kunjungan kerja di Bali, Kamis (31/10). Setelah menghadiri dan membuka konferensi terkait Minyak Sawit di Nusa Dua, Wapres Ma’ruf Amin bersama Nyonya Wury Estu Handayani melakukan kunjungan ke Desa Pecatu, Kuta Selatan.

Turut hadir mendampingi, Menteri Desa, Menteri Kesehatan, Gubernur Bali, Kepala Dinas Kesehatan Bali, Kepala Dinas Kesehatan Badung dan undangan lainnya.

Menurut Wapres, kunjungannya ke pecatu ini dalam rangka memperoleh gambaran, terkait penanganan kesiapan kesehatan masyarakat. Terutama terkait pencegahan stunting (tubuh kerdil) dan upaya penanganan stunting.

Dikatakannya, penanganan stunting harus dilakukan secara sistematis. Tidak hanya mulai dari pemahaman kepada ibu hamil, namun juga harus dimulai dari remaja maupun pranikah.

Baca juga:  Puluhan Sulinggih Disuntik Vaksin COVID-19 Dosis Penguat

Dari penjelasan Kepala Dinas Kesehatan Badung, Wapres mengapresiasi, karena stunting di Badung, hanya sebanyak 16 persen. Padahal kalau dibandingkan dengan nasional, angka ini sangat bagus karena di nasional itu masih sebanyak 27 persen. “Internasional standarnya 20 persen. Jadi di sini dibawah standar internasional dan jauh di bawah standar nasional,” pungkasnya.

Untuk itu, ke depan pihaknya ingin juga menggembangkan penanganan stunting seperti di Bali ke seluruh wilayah Indonesia. Karena menurutnya, ini menjadi contoh yang baik.

Pihaknya berkeinginan supaya sisa yang 27 persen itu bisa diturunkan menjadi 20 persen sesuai standar internasional. “Pemeriksaan awal, dilakukan untuk pencegahan. Kita ke depan memang arahnya penanganan kesehatan lebih kepada pencegahan, bukan saja pengobatannya,” harapnya.

Baca juga:  Sejumlah Negara Longgarkan Penggunaan Masker di Ruang Publik

Pihaknya juga berharap, supaya warga nasyarakat memanfaatkan puskesmas sebagai upaya pencegahan. Namun bukan digunakan untuk pengobatan. “Upaya-upaya sebelum terkena penyakit atau sudah ada gejala penyakit awal, itu kita antisipasi. Agar tidak baru ketika sudah stadiumnya tinggi, sehingga menyebabkan pembiayaannya mahal,” pungkasnya

Pada kesempatan tersebut, Wapres menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Bali, Wayan Koster, karena stunting di Bali bisa tersisa 16 persen saja. Untuk itu, sebagai langkah ke depan, pihaknya akan koordinasikan agar dana penanganan stunting yang masih tersebar itu kita satukan penanganannya secara bersama.

Baca juga:  Kasus Pungli Perbekel Tulikup, Terdakwa Divonis 4 Tahun Penjara

Supaya tidak secara sektoral sendiri-sendiri dan pola-pola penanganannya seragam, sehingga capaiannya jelas. Utamnya daerah yang masih tinggi termasuk dengan mempergunakan dana desa dalam penanganan stunting dan dana yang lain.

Pihaknya juga melihat, penggunaan dana desa sudah dimanfaatkan secara efektif, terkait pengolahan limbah, lapangan bola, sayur dan hydroponik yang diolah dibawa ke restoran. Ini merupakan industri pengembangan desa yang bagus, kita ingin desa menjadi desa wisata agro (dewa), desa wisata industri (dewi) dan desa digital (dedi).

Ini akan coba diarahkan. “Saya rasa apa yang dikembangkan di Bali ini akan menjadi model dalam pengembangan desa kita,” katanya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *