DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan data dari Dinas Lingkung Hidup Provinsi Bali jumlah timbunan (volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan) sampah di Bali terus meningkat tiap tahunnya. Pada 2016 terdata 12.892 meter kubik timbunan sampah, sedangkan di 2017 meningkat menjadi 13.351,13 meter kubik per hari.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa kemasan plastik pasca konsumsi periode 2017 – 2018 menempati posisi setelah sampah sisa makanan dengan jumlah sebesar 7,04 persen. Untuk itu, Coca Cola memiliki program mewujudkan World Without Waste (WWW).

Public Affairs and Communications Director Coca Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo, Jumat (18/10) mengatakan, kemasan plastik pascakonsumsi telah menjadi sebuah persoalan yang mendapat perhatian global. Jika dilihat dari sudut pandang industri, plastik merupakan bahan baku yang memiliki nilai ekonomi di dalamnya, sehingga memiliki nilai manfaat ekonomi tidak hanya untuk industri tetapi juga untuk masyarakat.

Baca juga:  Perumda Diminta Tambah Armada Tangki Air di Wilayah Gangguan

Dengan memahami potensi kemasan plastik pascakonsumsi serta pengumpulan dan pengelolaan sampah yang lebih tepat, ia yakin seluruh pihak bisa berkolaborasi mencari solusi untuk mendukung keberhasilan ekonomi sirkular Indonesia. Plastic Reborn merupakan upaya Coca Cola Indonesia untuk memberikan pemahaman baru terkait kemasan plastik pascakonsumsi yang bisa dimanfaatkan kembali sehingga memiliki nilai bisnis.

Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dari Coca Cola pada tahun 2019 ini Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) bersama Ancora Foundation telah meluncurkan Plastic Reborn 2.0. Sebuah lanjutan dari program kolaborasi yang menggandeng startup di bidang pengolahan sampah untuk membangun market place agar mendorong terbangunnya ekosistem ekonomi sirkular.

Baca juga:  Coca-Cola Donasi Rp 10 M Dukung Palang Merah Indonesia Tanggulangi COVID-19

Plastic Reborn 2.0 memberikan hibah kepada tiga startup terpilih sebesar total USD 250.000. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapabilitas perusahaan serta mengembangkan model bisnis dalam hal system pengumpulan dan pemrosesan limbah yang lebih baik. Ketiga startup tersebut adalah Clean Up (Makassar), MallSampah (Makassar), dan Gringgo (Bali).

Chief Technology Officer and Co Founder Gringgo Febri Pratama Putra mengatakan, bangga mendapatkan kesempatan bekerjasama dengan Coca Cola Indonesia dan Ancora Foundation. Ia tertarik mengikuti program Coca Cola tersebut karena Coca Cola merupakan perusahaan besar.

Baca juga:  Stok Blangko Habis, Karangasem Tak Bisa Cetak E-KTP

Bekerjasama dengan perusahaan besar akan membuat upaya yang dilakukan untuk menangani plastic waste semakin mudah terwujud. Harapannya melalui program serta kolaborasi ini akan memperluas network serta membuka lebih banyak akses yang nantinya dapat mendukung Gringgo untuk mengoptimalkan system pengelolaan sampahnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *