Ilustrasi. (BP/ist)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta

Fenomena perubahan paradigma dalam masyarakat menyebabkan disrupsi pola berkehidupan di dalam keluarga. Perkembangan gawai yang cepat serta banyaknya arus informasi yang semakin mudah diakses oleh setiap individu, menyebabkan pola interaksi sosial di keluarga menjadi lebih sempit.

Pola komunikasi yang sempit di keluarga bisa menyebabkan runtuhnya literasi yang kolektif di dalam keluarga. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi semakin rapuh.

Arus informasi yang terjadi sekarang ini tidak dapat dibendung sepenuhnya oleh pemerintah. Jumlah informasi yang besar tersebut diperlukan adanya suatu filter yang efektif, sehingga masyarakat ataupun keluarga bisa membendung arus-arus informasi yang tidak baik dan dapat memilah arus informasi, sehingga bisa menjadi suatu informasi yang berguna bagi keluarga. Keluarga merupakan benteng terakhir filter arus informasi yang yang sangat kuat dan ampuh untuk menekan informasi yang salah dan juga pusat sumber edukasi bagi anggota keluarganya.

Pendidikan keluarga yang sehat dapat diwujudkan dengan cara memberikan literasi yang kuat kepada keluarga, sehingga di setiap insan keluarga mempunyai pandangan yang baik dan tidak mudah untuk terkena hoax. Adanya keluarga yang literat dapat meminimalisasi berita bohong dan juga informasi yang jelas kepada keluarga dengan cara memberikan satu edukasi yang baik dalam keluarga.

Keluarga yang literat diharapkan akan menjadi suatu bola salju yang terus membesar yang akan menjadikan masyarakat yang literat. Masyarakat yang teredukasi dengan baik dengan adanya arus informasi yang benar diharapkan mampu meningkatkan pemahaman yang baik kepada masyarakat, sehingga masyarakat Indonesia bisa menjadi lebih kuat dan hebat.

Strategi peningkatan keluarga yang literat dapat dilakukan dengan cara memberikan edukasi yang baik kepada seluruh orangtua melalui pihak-pihak komite. Sekolah bisa dijadikan sebagai centre of excellent dari pendidikan dengan cara memberikan edukasi yang tepat kepada seluruh anggota komite.

Baca juga:  Kebyar “Palawakya Desa Kala Patra”

Sebagai pusat pelayanan literasi di dalam keluarga, sekolah dapat melakukan kegiatan menghadirkan orangtua dalam pertemuan dengan wali kelas pada hari pertama masuk sekolah, mengikuti pertemuan dengan wali kelas minimal dua kali dalam satu semester. Selain itu, orangtua juga bisa dihadirkan dalam kegiatan kelas berbagi sehingga bisa menjadikan inspirasi bagi anak-anak dalam kelas.

Selain melalui sekolah, edukasi yang baik untuk keluarga dapat dilakukan dengan cara memberdayakan balai masyarakat untuk mengadakan penyuluhan literasi di setiap desa agar dapat memancing masyarakat menjadi pembelajar yang baik. Bagaimana masyarakat tersebut memiliki kemampuan literasi dan pemberian informasi yang jelas sehingga keluarga menjadi literat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan literasi keluarga yang hebat adalah dengan cara memberikan pengalaman yang lebih dan juga meluangkan waktu yang lebih di dalam keluarga. Seperti budaya membaca pada saat jam keluarga misalnya atau orangtua dapat menjadi pembimbing anak-anaknya dalam belajar. Selain kegiatan di dalam rumah, kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak keluarga berekreasi ke toko buku secara regular. Afirmasi ini penting untuk memperkenalkan budaya baca anggota keluarga sejak dini.

Keluarga yang literat dimulai dari orangtua yang melek media. Orangtua diharapkan mampu untuk memahami, memilah, dan memilih yang baik dan menerapkan apa yang diserap dari media. Orangtua yang melek media dapat mengenali dan membedakan informasi yang baik dan buruk. Informasi ini akan dapat digunakan oleh orangtua untuk melindungi anaknya dari berbagai macam arus informasi yang didapat dari media.

Baca juga:  Wartawan Perjuangan dan Agen Perubahan

Selain itu, orangtua yang melek media tidak mudah terpengaruh hal-hal buruk yang merusak dirinya. Agar orangtua bisa melek terhadap media, maka dapat dilakukan dengan memberikan edukasi yang baik kepada orang tua melalui pemerintah sehingga keluarga menjadi lebih literat.

Sekarang ini selain media, anak-anak kita sering sekali terlalu dimanjakan oleh orangtuanya. Padahal dengan memanjakan anak, mereka akan susah untuk mandiri. Sudah saatnya dalam keluarga yang literat sebagai orangtua kita mampu melatih anak-anak kita untuk mandiri. Kemandirian adalah kemampuan anak untuk bisa melakukan berbagai kegiatan, mengatur dan memilih serta memutuskan dengan percaya diri dan bertanggung jawab.

Anak yang mandiri sangat dipengaruhi oleh perilaku orangtua, guru, lingkungan, dan media. Sehingga dalam pelaksanaannya di dalam keluarga fungsi kontrol terhadap media melalui literasi keluarga sangat penting dilakukan agar anak-anak kita ke depannya sebagai generasi penerus bangsa bisa menjadi lebih mandiri.

Peranan keluarga yang literat di era digital ini harus lebih dimaksimalkan lagi. Era digital adalah masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital. Fungsi kontrol orangtua dalam mendidik anak pada era digital sangatlah penting. Jangan sampai nanti orangtua juga ikut-ikutan terpancing untuk menyebarkan berita berita yang tidak jelas sumbernya. Orangtua yang literat pada era digital akan memberikan perlindungan yang efektif bagi keluarga itu sendiri.

Keluarga literat pada era digital dapat dilakukan dengan mengatur jam dan program TV yang ditonton, serta penggunaan gawai dan internet. Membuat kesepakatan dengan anak jumlah jam dan program TV yang bisa ditonton juga bisa dilakukan sebagai alternatif untuk membuat anak menjadi tidak ketergantungan terhadap gawai.

Baca juga:  Membangkitkan Budaya Literasi dalam Pendidikan

Selain itu, menempatkan TV dan komputer/laptop di ruang keluarga, bisa dilakukan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan bagi seluruh anggota keluarga.  Orangtua juga dapat menjadi teman di media sosial yang dimiliki anak kita seperti facebook dan twitter. Fungsi kontrol ini untuk mengetahui bagaimana anak kita berinteraksi dengan teman di dunia maya.

Orangtua juga dapat mengingatkan anak agar tidak sembarangan memasang informasi pribadi seperti foto diri, foto keluarga, alamat rumah, dan nomor telepon di internet. Mengingatkan anak untuk melaporkan lebih dulu ke orang lain jika menemui tautan atau tampilan yang mereka tidak ketahui asal-usulnya.

Jangan sampai mereka langsung klik atau memasukkan informasi pribadi. Langkah yang terpenting adalah terus mendorong anak untuk memanfaatkan internet sebagai media belajar. Karena sumber informasi yang didapat dalam belajar melalui internet sangatlah bervariasi dan dapat dimaksimalkan oleh anak.

Literasi keluarga yang lain juga dapat dilakukan dengan pola pendampingan anak dalam belajar di keluarga. Menemani anak belajar akan memberikan psikomoral siswa untuk terus berkembang. Menemani anak belajar akan memberikan ruang komunikasi yang lebih longgar kepada anak serta terjadi pertukaran arus informasi pengetahuan yang sangat positif antara orangtua dan anak.

Dimensi kekakuan dalam belajar akan dapat diminimalkan dalam kegiatan ini. Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama bagi pembentukan pribadi dan karakter setiap individu. Orangtua memegang peran penting dan strategis dalam mengantarkan pendidikan bagi putra-putrinya. Keberhasilan orangtua dalam mendidik akan sangat tergantung pada kecakapan dan pola asuh yang dimilikinya. Dengan keluarga yang literat bisa membuat Indonesia menjadi lebih hebat.

Penulis, guru Fisika SMAN Bali Mandara, Singaraja

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *