Kadis Kesehatan Bali dr. Ketut Suarjaya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Harga obat yang berbeda sangat mempengaruhi masyarakat dalam hal memilih obat yang rasional. Murah atau mahalnya obat dalam hal kandungannya tetap sama. Obat murah belum tentu kualitasnya rendah.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, MPPM, di Bali sepertiga masyarakat menggunakan obat secara tidak rasional. Hal ini berdampak negatif, salah satunya terjadi resistansi penyakit.

Tidak rasionalnya pemakaian obat bukan disebabkan oleh mahal atau murahnya obat. Hal ini lebih pada edukasi yang harus terus dilakukan kepada masyarakat. Tidak ada obat mahal dan murah. Obat itu beragam jenisnya, ada yang harganya tinggi dan ada yang harganya terjangkau, namun kandungan dan kasiatnya sama. Mahalnya obat karena pabriknya, terutama dalam hal biaya produksi.

Baca juga:  Bandara Ngurah Rai Siapkan Parkir Bertingkat, Telan Dana Rp 250 Miliar

Dikatakannya, selama ini masyarakat kebanyakan memilih obat murah yang terjangkau harganya. Masyarakat mengira murah itu tidak berkualitas. ”Persepsi inilah yang salah, sehingga perlu edukasi kepada masyarakat terhadap pemakaian obat. Mahalnya obat karena biaya produksi dan belum ada saingan, padahal obat yang dibutuhkan sehari-hari sama” imbuh Kepala Seksi POR Kementerian Kesehatan Erie Gusnallyanti, SSI, APT, MKM.

Dalam hal penggunaan obat, masyarakat boleh memilih serta minta kepada dokter obat generik dan harganya paling murah. Selain itu, bisa ke apotek mencari obat dengan kandungan yang sama. (Agung Dharmada/balipost)

Baca juga:  Diserang Hama Kresek, Puluhan Hektare Padi Terancam Gagal Panen
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *