Sanggar Tugek Carangsari, Badung menampilkan parade topeng prembon pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Raja I Gusti Agung Made Agung memiliki seorang patih setia bernama I Gusti Namblang atau yang lebih akrab disapa I Keruwa. Namun hanya karena sebuah keris pusaka, terjadi kesalahpahaman di antara keduanya.

I Keruwa yang setia dengan janji bersikukuh tidak memberikan keris itu kepada utusan raja, I Gusti Ngurah Tangeb. Karena sebelumnya, raja sudah berpesan jangan pernah memberikan keris itu kepada orang lain kecuali raja sendiri yang datang kepada I Keruwa.

Baca juga:  "Atma Kertih: Penyucian Jiwa Paripurna," Tema PKB Ke-42

Begitulah sedikit gambaran kisah bertajuk ‘’Pusaka Ki Panglipur’’ dalam kemasan parade Topeng Prembon yang dipentaskan di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya, Rabu (3/7) kemarin. Garapan yang diangkat dari Babad Mengwi ini dibawakan secara apik oleh para seniman muda dari Sanggar Tugek Carangsari, Duta Kabupaten Badung di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI.

Koordinator Sanggar I Gusti Ngurah Artawan mengatakan, kisah tersebut mengandung makna kewaspadaan terhadap kesimpangsiuran sebuah informasi. Mengingat dalam cerita, raja merasa marah akan perlakuan I Keruwa setelah mendengar pengaduan dari sang utusan yang pulang dengan tangan kosong.

Baca juga:  Video Perkelahian di Bandara Viral, Polisi Sebut Ini Pemicunya

Padahal, raja sendiri lupa dengan pesannya terdahulu kepada I Keruwa soal menjaga keris pusaka. Saat I Keruwa memutuskan untuk menyerahkan sendiri pusaka itu kepada raja, barulah raja teringat dan merasa bersalah. “Kesalahpahaman itu sejatinya dapat dihindari dengan mendalami informasi dan mengolah emosi,” ujarnya.

Menurut Artawan, Topeng Prembon yang disajikan oleh para seniman muda tersebut memakai pakem Badung. Khususnya memakai kiblat pakem pementasan Topeng Tugek Carangsari sekitar tahun 70-an.

Baca juga:  Warga Keluarkan Puluhan Juta Rupiah Untuk Beli SAR

Ada sedikit perbedaan yang tampak bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Seperti penokohan seorang raja, Badung lebih condong pada sosok menteri, sedangkan kabupaten lain lebih condong ke sosok Dalem. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *