DENPASAR, BALIPOST.com – Kain tenun Cepuk dan Rang-Rang ini sempat booming beberapa tahun lalu karena motifnya yang unik dan teksturnya yang ringan. Tidak saja bagus digunakan sebagai saput tetapi juga pakaian.

Kerajinan tenun kain Cepuk dan Rang-Rang bisa ditemui di salah satu stand Pesta Kesenian Bali (PKB), Art Centre. Pelaku UKM yang berasal dari Desa Tanglad, Nusa Penida, Klungkung ini memasarkan produk khas dari desanya.

Baca juga:  Pedagang Pelataran Pasar Eks Tiara Grosir Dipindahkan ke Dalam Gedung

Menurut pemilik stand, Gede Diari, dalam pembuatan kain tenun Cepuk maupun Rang-Rang, pihaknya menggunakan pewarna alami. Bahan bakunya diambil dari kebun sendiri. ”Benangnya kita warnai dengan pewarna alami.Kalau merah pakai buah Mengkudu, kalau biru pakai warna Indigo dan coklat memakai kayu Mahoni. Semuanya diambil di kebun sendiri,” ujarnya.

Untuk teknik pewarnaan benang ini, lanjut Diari dilakukan oleh suaminya. Setelah benang diwarnai, barulah Diari menenunnya menjadi kain tenun Rang-Rang ataupun Cepuk.

Baca juga:  Abrasi, Habitat Tukik di Tegal Besar Terancam

Selain dirinya, Diari juga bekerjasama dengan pengrajin tenun lain di Nusa Penida. ”Benangnya dari kita. Perajin tinggal menenun sesuai pesanan,” ujarnya.

Di arena PKB, harga jual kain rang-rang maupun cepuk bervariasi sesuai besar kecilnya kain. Untuk selendang diharga Rp 250.000. Sementara yang berbentuk kain mencapai Rp 1.750.000 bahkan ada yang sampai Rp 3.000.000.

Kata Diari, peminat kain tenun Rang-Rang tidak hanya warga lokal tetapi juga mancanegara. Bahkan banyak mahasiswa dari luar yang belajar teknik pewarnaan benang secara alami ke tempatnya. ”Karena saya tidak bisa bahasa Inggris, mahasiswanya yang belajar bahasa Indonesia. Mereka tertarik dengan teknik pewarnaan alami,” tutur Diari. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  2020, Bali Targetkan Tanam Padi Seluas 148.053 Hektar
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *