Causa Iman Karana (tengah) memberikan penjelasan saat Osbim Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Kamis (27/6). (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Saat ini pariwisata Bali sedang lesu karena berdasarkan data BPS Bali jumlah penerbangan ke Bali empat bulan terakhir turun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Belum lama ini Bali Tourism Board bersama Dinas Pariwisata Provinsi Bali juga merilis jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok turun 29 persen pada triwulan I 2019.

Meski demikian, ekonomi Bali diprediksi menggeliat pada triwulan II 2019. Optimisme ini datang dari Bank Indonesia KPw Bali. Bukan tanpa alas an optimisme itu datang.

Kepala BI KPw Bali Causa Iman Karana didampingi Kepala Tim Advisory Leo Wijaya dan Manager Fungsi Data dan Ekonomi Statistik dan Keuangan Christina Irawadi membeberkan alasannya saat Osbim Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Kamis (27/6).

Dari hasil survey itu mengindikasikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali triwulan II 2019 akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019. Pada triwulan I 2019, ekonomi Bali tumbuh 5,94 persen. Sedangkan triwulan II 2019 diperkirakan akan tumbuh 6 persen – 6,4 persen.

Baca juga:  Diungkapkan, Alasan Penerapan Kebijakan "Work from Bali"

Prediksi diperkuat dengan adanya survey dari sisi penawaran berupa survey kegiatan dunia usaha (SKDU). Hasilnya, sebagian besar lapangan usaha membaik sehingga iklim dunia usaha juga membaik.

Pertumbuhan lapangan usaha tertinggi dicatat lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi, makan dan minum (akmamin), industry pengolahan. Peningkatan kinerja lapangan usaha itu terjadi seiring dengan peak season pariwisata dan perayaan hari besar keagamaan.

Kegiatan investasi pada triwulan II 2019 juga masih terindikasi tumbuh positif. “Meskipun tertahan karena ada perilaku menunggu dari para investor terkait dengan hasil pemilu saat ini,” ungkapnya.

Selain itu perkembangan tenaga kerja tumbuh positif, tekanan harga jual juga terindikasi mengalami peningkatan pada level yang rendah. “Dari sisi SKDU semuanya memang menunjukkan optimisme,” imbuhnya.

Baca juga:  Menko Marves Tinjau Kesiapan G20 di Bali, Kunjungi GWK hingga Tahura

Optimisme ini juga diperkuat dengan survei penjualan eceran. Penjualan eceran pada triwulan II 2019 terindikasi mengalami peningkatan, meski dalam level yang terbatas. Tercermin dari indicator penjualan yang tercatat mengalami pertumbuhan 1,1 persen (qtq) atau tumbuh jauh dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi -3,58 persen. Pelaku usaha juga optimis kondisi ekonomi membaik di sektor ini.

Tracking pertumbuhan ekonomi juga dilihat dari sisi permintaan yaitu konsumen. Indeks keyakinan konsumen menunjukkan optimisme yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Meskipun harga tiket pesawat naik yang berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan domestic, namun Bali patut bersyukur karena destinasi wisata Bali masih menarik untuk turis – turis internasional. Sedangkan untuk kunjungan turis internasional dikatakan cukup tinggi. “Untuk penerbangan internasional masih stabil dan tidak terganggu dengan kenaikan harga tiket pesawat,” imbuhnya.

Selain mengandalkan angkutan udara, Bali juga perlu melakukan diversifikasi akses untuk menuju ke Bali. Sebanyak 90,2 persen lebih, turis menggunakan pesawat udara. Ini dinilai berisiko, maka dari itu perlu dilakukan diversifikasi akses ke Bali baik melalui laut ataupun udara.

Baca juga:  Ringankan Beban Ekonomi, Kebijakan Gubernur Koster Disambut Antusias

Maka dari itu sudah saatnya memperbaiki akses penyebrangan baik di Gilimanuk maupun di Padangbai. Pengembangan jalur cruise di Benoa dan  Celukan Bwang juga harus dipikirkan, untuk memback up jika terjadi hambatan pada akses penerbangan udara.

Ia juga berpesan agar promosi terus dilakukan seperti event Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) yang sedang berlangsung di Nusa Dua. Selain promosi, atraksi juga perlu dipikirkan lebih matang dan menarik.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengembangkan destinasi baru seperti desa wisata. Di Bali potensi di desa itu sangat besar sekali. Bank Indonesia pun saat ini sedang mengembangkan desa wisata terintegrasi di Tampaksiring, Gianyar sebagai percontohan.(Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *