SINGARAJA, BALIPOST.com – Jumlah kawasan taman terumbu karang di Pantai Lovina, Kecamatan Buleleng belakangan terancam rusak akibat tercemar sampah kiriman. Situasi tidak terhindari karena Pantai Lovina sendiri menjadi muara tujuh sungai besar.

Ketika hujan aliran air sungai tersebut menghayutkan sampah kiriman dari hulu, sehingga merusak kelestarian terumbu karang. Mengatasi ancaman kerusakan terumbu karang, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng sekarang gencar melakukan aksi pembersihan sampah di dasar laut.

Aksi ini mulai digalakkan dengan menggandeng para dive master yang sudah berserrtifikat profesional, kelompok masyarakat, dan nelayan. Mengawali gerakan pembersihan sampah di dasar laut diawali di Pantai Spice Dive, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Jumat (14/6). Aksi perdana ini dipimpin Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS) dan Kepala DLH Putu Ariyadi Pribadi.

Baca juga:  Belum Beroperasi, Sejumlah Tanaman di Kebun Raya Jagatnata Sudah Mati

Dalam aksi ini sebanyak 38 dive master dari Kecamatan Tejakula dan Kecamatan Gerokgak dilibatkan. Selain itu, penyelam asing pun berpartisipasi untuk memungut sampah plastik dan bekas tali pancing yang mencemari terumbu karang di Lovina dan sekitarnya.

Kepala DLH Buleleng Putu Ariyadi Pribadi mengatakan, potensi pencemaran, baik oleh sampah kiriman maupun karena pengaruh cuaca mengancam terumbu karang. Paling besar, potensi tercemar karena sampah plastik.

Baca juga:  Raja Salman Akan Disambut Tari Pendet

Selain sampah kiriman, gangguan perkembangan terumbu karang karena perilaku penangkapan ikan oleh nelayan. Banyak terumbu karang yang terjerat jaring atau senar pancing yang membuat terumbu karang patah dan pada akhirnya mati.

Untuk gangguan cuaca, seperti perubahan keasaman di laut juga turut menganggu pertumbuhan terumbu karang itu sendiri. “Potensi kerusakan itu masih ada dan di sini ada tujuh DAS dan sampah kiriman masih saja ada yang dihayutkan saat hujan,” ungkapnya.

Baca juga:  Pelaku Pembobolan Rumah Dibekuk Polisi

Koordinator penyelam Kadek Fendi Wirawan mengatakan, kerusakan terumbu karang di Lovina dan sekitarnya ditemukan sejak 2016. Saat itu, ia menemukan persentase kerusakan yang mayoritas karena perilaku manusia hingga 60 persen.

Selama melakukan pembersihan, kebanyakan terumbu karang tercemar plastik pembungkus snack, sikat gigi, bekas popok bayi, hingga lembaran kain. Selain itu, jaring atau senar pancing yang ditinggalkan nelayan saat menangkap ikan. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *