Pengemasan beras hitam Tabanan di PDDS Tabanan. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Tidak hanya beras merah, Tabanan memiliki produk beras hitam yang saat ini mulai dikembangkan. Sayangnya meski tidak kalah manfaat dan nilai gizinya dengan beras merah, serapan beras ini di pasaran belum maksimal. Hal ini disamping minat masyarakat belum banyak juga dikarenakan produk beras ini masih terbatas.

Salah satu petani yang mengembangkan beras hitam adalah I Made Merta Suteja. “Beras hitam ini saya kembangkan di Tabanan sejak empat tahun lalu,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Awalnya diakui Suteja dirinya sempat ragu untuk mengembangkan beras hitam karena pasaran saat itu belum ada dan belum pasti. Namun ternyata ada dorongan dari Dinas Pertanian untuk mengembangkan beras hitam dan beberapa petani mau ikut untuk mengembangkan beras ini sehingga Suteja memilih untuk terus jalan.

Baca juga:  Sidang Kilat WN Australia, Hakim Hanya Rehabilitasi Terdakwa

“Penanaman awal selain saya ada sekitar 20 petani lain di Desa Bengkel. Kami menanam padi hitam di tanah seluas lima hektar,” ujarnya.

Penanaman padi hitam seluas lima hektar ini, pada awalnya pihaknya bisa memanen lima ton. Namun sekarang meningkat menjadi 6,5 ton. Panennya dilakukan setiap enam bulan sekali. Dari jumlah panen ini setelah dikeringkan dan diolah akan menjadi tiga ton beras hitam. Adanya peningkatan panen dikatakan Suteja karena petani sejak tahun lalu menerapkan sistem tanam yang berbeda yakni dengan menyeleksi ketat bibit serta melakukan pola tanam yang baik sehingga menghasilkan kualitas beras yang baik.

Dia menyebutkan, harga beras hitam yang sudah dikemas dijual pihaknya seharga Rp 30 ribu per kilo, sedangkan untuk yang curah (eceran) seharga Rp 25 ribu per kilonya. Pasaran saat ini yang dominan di Denpasar. Pihaknya juga sudah digandeng oleh PDDS (Perusahaan Daerah Dharma Santhika) Tabanan dalam hal penjualan beras hitam.

Baca juga:  PLN Terima Kunjungan Tim Penilai Bali CSR Award 2022

Meski diakui Suteja beras hitam mulai ada peminat namun pihaknya belum berani mengembangkan beras hitam di lahan yang lebih luas. “Belum berani banyak stok karena pasarnya belum pasti. Tetapi untuk mengembangkan pasar setiap ada pameran kami selalu ikut untuk memperkenalkan dan memasarkan beras hitam ke pasar yang lebih luas,” paparnya.

Sementara Direktur PDDS Tabanan, Putu Sugi Dharmawan, Minggu (31/3) mengatakan diantara tiga jenis beras kategori khusus yang dipasarkan PDDS, serapan beras hitam memang yang paling sedikit. Jika beras merah permintaannya 1 ton hingga 1,5 ton per bulan dan beras wangi mentik susu dua ton per bulan maka beras hitam serapannya di PDDS Tabanan masih di kisaran 250 kilogram hingga 300 kilogram per bulan.

Baca juga:  Tak Hanya Terkenal dengan Beras Merah dan Hitam, Penebel Kembangkan "Black Garlic"

Berdasarkan data penjualan beras hitam di PDDS selama tiga bulan penjualannya untuk Januari mencapai 251 kilogram, Februari sebanyak 288 kilogram dan Maret sebanyak 255 kilogram. Penjualan beras hitam ini selain lewat PDDS Tabanan juga telah didistribusikan ke outlet-outlet yang bekerjasama dengan PDDS Tabanan.

Untuk bisa meningkatkan angka penjualan beras hitam, PDDS telah mendaftarkan beras hitam Tabanan untuk mendapatkan sertifikasi Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) bersama dengan beras merah dan beras wangi mentik susi. Sertifikasi PSAT ini juga sudah turun. Dengan adanya sertifikasi ini maka penjualan beras hitam akan bisa masuk ke toko modern karena salah satu syarat dijual di toko modern adalah adanya sertifikasi PSAT. (Wira Sanjiwani/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *