JAKARTA, BALIPOST.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan perkembangan teknologi ke depan akan banyak menggeser pekerjaan-pekerjaan manusia. Apalagi ke depan robot akan dibekali artificial intelegencia (kecerdasan buatan) sehingga perannya makin sangat dibutuhkan untuk mengerjakan banyak pekerjaan manusia.

Belum lagi, menurut Luhut, ada sisi positif dari robot yaitu robot tidak memiliki sikap emosi dan berpikir sesuai dengan perintah yang diinginkan. “Sekarang orang bicara robotic, tidak ada pensiunnya, tidak minta cuti Nyepi, cuti Natal. Dia kerja aja terus. Tidak pernah mau demo lagi,” ucap Luhut dalam pidato pada Sarasehan Nasional Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1941/Tahun 2019 dan Angayubhagya 60 tahun PHDI di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/2).

Sarasehan yang diselenggarakan dalam rangkaian Perayaan Nyepi itu mengangkat tema ‘Refleksi Catur Brata Penyepian dalam Penguatan Kedaulatan Berbangsa dan Bernegara’. Selain Luhut, hadir pembicara diskusi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wisnu Bawa Tenaya, Staf Khusus Presiden RI, AAGN Ari Dwipayana, dan Praktisi Teknologi Industri 4.0 Yohanes Kurnia Widjaja.

Sebanyak 750 tamu undangan dari tokoh umat Hindu dan tamu undangan juga hadir antara lain Ketua Umum Panitia Nasional Perayaan Nyepi 2019, Samudera Gina Antara (Wayan Gigin), para pandita, mantan Ketua Umum PHDI Pusat/Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Kemenkeu I Made Gde Erata, Penasihat PHDI Sang Nyoman Suwisma, Putra Astaman, Ketut Untung Yoga Ana, I Ketut Wiardana, Ida Bagus Alit Wiratmadja, mantan KSAU Marsekal Purn. Ida Bagus Putu Dunia, dan sejumlah undangan lainnya.

Baca juga:  Forum Parlemen Dunia Bisa Dorong PBB Kirim Pasukan Perdamaian ke Myanmar

Lebih jauh, Luhut mengatakan Amerika Serikat dan China tercatat menjadi negara yang telah sukses melakukan robotisasi. Robot telah mengambil alih fungsi pekerjaan yang selama bertahun-tahun dilakukan oleh manusia. “Akibat dari robotic tadi, di Amerika terjadi produktifitas tinggi tetapi penambahan lapangan kerja tidak seperti itu,” ujarnya.

Mantan Menteri Perindutrian dan Perdagangan (Menperindag) di era Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan revolusi industri dalam peradaban manusia merupakan keniscayaan. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menyiapkan generasi muda berkualitas untuk menyogsongnya melalui peningkatan kualitas pendidikan. “Jadi untuk tahun-tahun ke depan kita lihat. Harapan kita ke depan seperti itu. Jangan sampai ketinggalan,” imbuhnya.

Luhut juga menyinggung keberhasilan pemerintah saat ini dalam berbagai bidang. Ia mencontoh kebijakan paling fenomenal dan berani yang dilakukan pemerintah saat ini yaitu kebijakan BBM satu harga yang akan juga diikuti kebijakan satu harga untuk komoditas lainnya.
“Jadi kami diundang untuk menjelaskan kepada sekitar 750 orang lebih yang hadir di sini, apa perspektif Indonesia dari sisi maritim, dari global, ekonomi, keamanan, politik, kemudian apa-apa kemajuan yang telah dicapai oleh presiden atau pemerintah sekarang ini,” terangnya.

Baca juga:  Dari Investor Asing Siap Bangun Sirkuit F1 di Bali hingga Zona Kuning Bali Satunya Sumbang Kasus COVID-19 Terbanyak, Lainnya Tambah Korban Jiwa

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan dari sisi kebijakan ekonomi pemerintah. “Bagaimana APBN yang merupakan instrumen untuk membangun dan menyongsong perlu didorong oleh teknologi agar mampu mengikuti revolusi industri 4.0,” kata Sri Mulyani.

Dalam kaitan itu, Sri Mulyani mengakui fokus anggaran yang dialokasikan salah satunya adalah untuk kegiatan vokasi (pendidikan pada penguasaan keahlian terapan tertentu/pendidikan kejuruan). Tetapi, ia menyindir banyak kementerian dan lembaga negara yang kerap meminta anggaran kepada kementeriannya dengan embel-embel vokasi. “Sekarang ini, banyak yang mengajukan anggaran ke kami dengan sedikit-sedikit vokasi. Saya tanya ini vokasi yang mana. Karena semua yang mengajukan selalu menggunakan kata vokasi,” sindirnya.

Pada sarasehan tersebut, Sri Mulyani mengucapkan terima kasihnya kepada masyarakat Bali yang sukses menjadi tuan rumah pada perhelatan akbar internasional Annual Meeting IMF-world Bank tahun 2018 lalu. “Sedikit refleksi ke belakang, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Bali yang telah sukses menjadi tuan rumah Annual Meeting IMF-Bank Dunia. Juga Asian Games. Jadi tahun 2018 bukanlah tahun yang biasa karena kita bisa mengelola dan menyukseskan semua event internasional,” ujarnya.

Baca juga:  Anggaran Penanganan COVID-19 Meningkat Hingga Rp 300 Triliun

Pada pidatonya, Sri Mulyani juga meluruskan nada miring sejumlah pihak yang menuding utang luar negeri Indonesia yang makin menumpuk akibat pemerintah yang mudah sekali berutang. Menurut Sri Mulyani, sebenarnya utang Indonesia di mata dunia internasional masih masuk dalam kategori tidak mengkhawatirkan dan utang masih sangat aman.

Dalam kebijakan pengelolaan utang, pemerintah tetap memedomani batasan aman sesuai ketentuan Undang-Undang Keuangan Negara nomor 17/2003. Yaitu defisit anggaran dibatasi maksimal 3 persen dari produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60 persen dari PDB. Dengan demikian, dengan total utang Rp 4.418,3 triliun, maka rasio utang sebesar 29,98 persen dari total PDB yang berdasarkan data sementara sebesar Rp 14.735,85 triliun masih sesuai dengan yang diamanatkan UU. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *