SINGARAJA, BALIPOST.com – Personel Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Polisi, TNI, Satpol PP, aparat desa dan warga, Kamis (31/1), bergotong royong di lokasi tanah longsor di Dusun Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan. TRC membuat senderan darurat untuk mencegah longsor susulan rumah yang ditempati Nyoman Dania (78) dan istrinya Wayan Siari (75).

Tanah terjal bekas longsor itu ditutup dengan terpal, untuk mencegah kikisan air kalau hujan deras. Dengan menggunakan cangkul, personel TRC, warga dan Relawan Bencana Desa Mengening tampak bahu membahu membuat senderan darurat di tanah terjal yang longsor dan menimbun satu keluarga hingga meninggal dunia pada Selasa (22/1) tersebut.

Senderan ini dibuat dengan menumpukkan karung berisi tanah. Sekitar 250 buah karung berhasil diisi tanah dan ditumpuk untuk mencegah jangan sampai terjadi terjadi tanah longsor susulan.

Baca juga:  Kaki Pengkor Perlu Ditangani, Jika Dibiarkan Ganggu Kualitas Hidup Penderita

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana di sela-sela gotong royong mengatakan, situasi pasca bencana di lokasi kejadian masih terjadi hujan. Hanya saja, intensitasnya tergolong rendah.

Selain itu, senderan bekas longsor mengakibatkan dapur dan kamar mandi milik Nyoman Dania mengalami retak. Dikahwatirkan tanah yang labil itu mudah longsor bila tergerus hujan. Atas kondisi di lapangan itu, pihaknya kemudian menginstruksikan melakukan penanganan darurat membuat senderan darurat.

Sementara untuk penanganan pascatanggap darurat, Suadyana menyebut, saat ini BPBD masih berkoordinasi dengan dinas teknis di kabupaten. Selain itu, santunan duka dari BPBD Provinsi Bali untuk orban masih dikordinaskan, sehingga dalam waktu dekat ini bisa diserahkan kepada ahli waris korban almarhum Ketut Budi Kaca (33) dan keluarganya.

Baca juga:  Tak Bisa Diselamatkan, Dek Kapal Rescue Bantuan BNPB Dihapus dari Aset BPBD Buleleng

Sementara, pemilik rumah disarankan kalau hujan agar beristirahat di rumah kerabat yang lebih aman. Sebab, tidak menutup kemungkinan kalau hujan deras kembali terjadi, bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga ini untuk mencegah terjadinya kejadian serupa. “Kami bawa 250 karung dan itu diisi tanah untuk senderan darurat. Kalau hujan bisa saja air menggerus sisa tanah yang longsor itu, apalagi tanah ini terjal hampir 90 derajat dan ini sangat membahayakan,” katanya.

Rumah Alarhum Dibongkar

Rumah semi permanen yang dibangun almarhum Ketut Budi Kaca (33) dibongkar oleh keluarga dan kerabat. Orangtua almarhum Budi Kaca, Nyoman Dania mengatakan, keputusan meratakan seluruh sisa bangunan rumah yang merengut empat korban jiwa itu, karena keluarga almarhum tidak ingin terus teringat dengan kejadian memilukan itu.

Baca juga:  Longsor Timbun Kandang Sapi dan Persawahan

Apalagi, lokasi bangunan rumah itu berbahaya, sehingga keluarga almarhum tidak ingin hal serupa terulang.

Terkait, upacara secara tradisi Hindu di loaksi kejadian, Dania mengaku beberapa upacara lanjutan atas musibah yang dialami dilakukan sekitar Mei 2019. Ini karena bertepatan dengan Panca Wali Krama di Pura Besakih.

Kalau tidak ada karya di Besakih, seharusnya setelah upacara penguburan, upacara sudah digelar setelah 12 hari. Upacara ini seperti menggelar pecaruan, mebersih, dan melas atma. Akan tetapi, dirinya sudah memutuskan upacara itu diundur sampai puncak karya di Besakih berakhir. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *