MANGUPURA, BALIPOST.com – Bali merupakan daerah yang berbasis pariwisata. Keunggulan inilah yang menjadi peluang bagi budidaya tanaman, khususnya mawar, untuk berkembang. Sebab, permintaan bunga yang satu ini dalam industri pariwisata cukup tinggi

Pemilik Budidaya Mawar di Pelaga, Bagus Sudibya menuturkan pengembangan mawar cukup potensial dengan melihat tingginya permintaan industri pariwisata. Pengembangan mawar yang dilakukan di area Bagus Agro Pelaga merupakan mawar dari Belanda yang dibudidayakan di Lembang, Jawa Barat.

Mawar itu memiliki ciri khas kelopak besar, tangkainya besar dan panjang serta berduri. Di kebun mawarnya, ia menanam 10.000 pohon. Namun yang berhasil berkembang adalah 7.500 pohon.

Baca juga:  Efek Naiknya Suku Bunga, Bank Dunia Ingatkan Kemungkinan Resesi

Green house dengan atap jaring dibuat untuk kebun mawar ini agar matahari tetap bisa masuk. “Pemeliharaannya harus intensif, dipupuk dengan baik, disiram dengan baik, disiangi dengan baik untuk mendapatkan kualitas yang prima,” bebernya.

Dengan budidaya mawar itu, ia tidak perlu lagi memasok mawar dari luar untuk kebutuhan keempat hotelnya. Ia memberdayakan para ibu di sekitar wilayah Bagus Agro Pelaga untuk pembudidayaan. “Sehingga mereka punya dana untuk menyekolahkan anak-anaknya dan untuk upacara keagamaan. Lahan juga berhasil guna buat mereka. Untuk wisatawan ini juga sangat menyenangkan,” tandasnya.

Baca juga:  Ada Kelemahan Struktural pada Sektor Pertanian di Bali

Diungkapkan potensi budidaya mawar sangat besar sebab selama ini Bali mendatangkan bunga dari Malang dan Jawa Barat dengan jumlah sangat besar per tahunnya. Potensi ini jika digarap akan mendatangkan pekerjaan bagi masyarakat, income, kemandirian, dan keindahan.

Disebutkannya petani mawar yang ada di Bali selama ini belum mampu memenuhi kebutuhan di Bali.

Petani tanaman mawar yang mengelola kebun mawar di Bagus Agro Pelaga, A.A Istri Manik Mayuni, S.P. mengatakan butuh waktu satu bulan dari sejak menanam untuk bisa memilih mawar kualitas baik. Hanya mawar kualitas baik yang dibiarkan tumbuh, dengan memilih tiga tunasnya.

Baca juga:  SDM, Kunci Utama Tingkatkan Kualitas Pariwisata

Selama 3 bulan mawar itu dirawat. Diantara tiga tunas batang mawar yang tumbuh, satu dijadikan induk dan dua batang dibiarkan tumbuh. Panen akan dilakukan ketika mawar menginjak usia 52 hari sampai 60 hari sesuai dengan kebutuhan.

Mawar, lanjutnya, adalah tanaman yang sangat istimewa karena bisa bertahan lama. “Setelah tumbuh dan berkembang, kita hanya melanjutkan perawatan saja. Karena mawar bisa bertahan bertahun-tahun dan dipanen berkali-kali,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *