TABANAN, BALIPOST.com – Meski harga telur naik dari Rp 1.120 dari Rp 1.060, ternyata tetap belum memberikan keuntungan yang berarti bahkan cenderung merugi bagi para peternak ayam petelur. Seperti pengakuan salah satu peternak di Desa Senganan, Penebel, I Gusti Ngurah Kerta Negara saat ditemui Jumat (16/11).

Kerugian ini dialami dari hitung-hitungan untung tipis yang didapatkan peternak dari menjual telur ternyata hanya bisa membiayai operasional namun belum bisa mengembalikan modal awal yang dikeluarkan peternak.

Kerugian ini dikarenakan permasalahan yang sama yaitu harga pakan pabrikan yang terus naik. Menurut Kerta Negara, selama empat bulan terakhir, harga pakan baik menjadi Rp 390 ribu per sak isian 50 kilo. Atau naik sebanyak Rp 30 ribu per sak dari harga sebelumnya.

Baca juga:  Harga Sejumlah Komoditas Naik Menjelang Tutup Tahun 2021

Belum lagi harga jagung yang naik ke harga Rp 5.500 perkilo dari Rp 4.000 perkilo dan dedak dari Rp 2.200 perkilo menjadi Rp 3.100 perkilo. Kenaikan ini jika dihitung dengan 22.000 ekor ayam petelur miliknya menghabiskan 17 sak pakan ternak pabrikan per hari.

Jika ditotal harga yang harus dikeluarkan dalam satu hari untuk memberi makan saja sebesar Rp 15 juta. Sementara jika dihitung keuntungan, dalam sehari telur yang bisa dijual adalah 85 persen dari populasi.

Baca juga:  Harga Telur Merosot, Peternak Afkir Ayam Produktif Lebih Awal

Artinya dari 22.000 ekor ayam hanya bisa menghasilkan sekitar 18.700 butir telur per hari. Jika dihitung dengan harga telur saat ini yang mencapai Rp 1.120 per butir penjualan yang didapat peternak sekitar Rp 20 jutaan sekali panen. “Dipotong pengeluaran pakan saja sudah Rp 15 juta berkurang. Belum biaya tenaga, pemeliharaan sampai balik modal. Tidak ada untungnya,” jelas Kerta Negara.

Karena ketiadaan untung ini menyebabkan Kerta Negara tidak berani menambah populasi ayam petelurnya. “Tetap dipertahankan 22 ribu. Tidak berani tambah,” imbuhnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Terima DIPA APBN 2019

Ia berharap pemerintah agar lebih memperhatikan peternak ayam petelur seperti dirinya. Terutama dari segi perlindungan harga jual telur di tingkat peternak maupun mengenai harga pakan yang terus naik.

Sebab, untuk dapat untung di tengah harga pakan yang naik saat ini, minimal harga telur ada dikisaran Rp 1200 per butir. Selain memenuhi pasar domestik, lanjut Kerta Negara, produksi telur ayam miliknya juga dikirim ke luar Bali. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *