Festival Kerambitan resmi dibuka pada Kamis (18/10) malam. (BP/kmb)

TABANAN, BALIPOST.com – Acara pembukaan Festival Kerambitan IV yang digelar di lapangan Kerambitan, Kamis (18/10) berlangsung spektakuler. Seperti tahun tahun sebelumnya, pada festival ke IV tahun 2018 kembali melibatkan seluruh komponen masyarakat Kerambitan.

Festival dibuka Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti ditandai dengan penancapan kayon. Banyak kesenian kolosal yang ditampilkan dan ditarikan oleh komponen masyarakat dari lima belas desa yang ada dikecamatan Kerambitan.

Hal ini dimaksudkan bahwa festival Kerambitan adalah festival milik rakyat. Seperti tari rejang yang ditarikan oleh 525 penari, sesuai dengan hut kota Tabanan, dan tari pendet lintas generasi anak anak paud, SD, SMP, SMA, PKK, serta penari yang pernah memabwa nama kerambitan dan tabanan di kancah nasional. Serta tari bunga sandat serasi sebagai maskot Kabupaten Tabanan.

Selain hadir Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, hadir pula dalam pembukaan tersebut, Anggota DPR I Made Urip, Ketua DPRD Bali N. Adi Wiryatama, Ida Anglurah Puri Gede Kerambitan, Kepala dinas kebudayaan Propinsi Bali, Ketua DPRD Tabanan Ketut Suryadi dan sejumlah anggota DPRD Tabanan asal Kerambitan, forum koordinasi pimpinan daerah kabupaten Tabanan, serta jajaran muspika Kerambitan.

Baca juga:  Genjot Identitas Bandung, Matasora World Music Festival Dihebohkan Musisi Dunia

Antusias warga yang datang untuk menyaksikan festival tahun ini juga terbilang luar biasa. Lapangan Kerambitan sebagai lokasi festival bak lautan manusia. Selain menampilkan seni dan budaya Bali, festival Kerambitan juga menampilkan potensi kuliner khas dari 15 desa yang ada di kecamatan Kerambitan.

Tema yang diangkat dalam festival tahun ini ‘Yowana Masikian’ Harmoni di Tanah Penuh Berkah. Tema ini mengangkat nilai-nilai dan kesadaran akan rasa kebersamaan sebagai kesatuan masyarakat yang utuh. Dengan harapan para Yowana Kerambitan bahu membahu membangun kecamatan Kerambitan dengan segala potensi seni dan budayanya, sehingga dapat tumbuh menjadi destinasi wisata yang berkualitas.

Ketua panitia Festival Kerambitan IV, dalam sambutannya mengatakan sesuai tema yang diangkat kali ini beragam kegiatan melibatkan para Yowana di kecamatan Kerambitan seperti pementasan kolosal tarian kecak, okokan dan tektekan massal persembahan dari Desa Kerambitan dan pagelaran gong kebyar dari seluruh desa. Serta juga dilakukan berbagai kegiatan seperti peluncuran program uma urip, yakni program yang diarahkan untuk pelestarian burung hantu (tyto alba), pagelaran busana adat Bali dari tamu asing dan beragam kegiatan lain yang diarahkan untuk menampilkan semua potensi yowana di kecamatan Kerambitan.

Baca juga:  Bupati Eka Tegaskan Pantai Itu Milik Rakyat dan Negara

Sementara itu Camat Kerambitan I Gede Sukanada mengatakan, hingga memasuki pelaksanaan festival ke-4 ini, Kecamatan Kerambitan telah melakukan beragam terobosan, salah satunya melakukan reformasi pelayanan publik melalui program “Pelayanan Publik Terintegrasi” (Taman Serasi).

Dan untuk lebih memaknai upaya – upaya progressif tersebut, kembali digulirkan terobosan inovatif yaitu “UMaurip, Utamaning Uma lan Urip” dengan fokus utama berupa pengembangan burung hantu (tyto alba) dengan tag line “Kerambitan, Rumah Ramah Untuk Tyto Alba” serta pengembangan bibit dan kuliner Babi Bali Hitam melalui konsep pemberdayaan rumah tangga miskin melalui Unit Pengelola Kecamatan (UPK) Kerambitan dengan tagline “Nguling Celeng Bali, Jhon Son Biyang Sayu!”.

Baca juga:  Desak DPRD Bali Bersikap Tegas, ForBali Bentangkan Spanduk Sangut

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengaku bangga dengan gelaran Festival ini, karena sangat dinanti oleh masyarakat Tabanan khususnya masyarakat Kerambitan. “Selain menyatu rakyat dengan puri dan menyatukan anak muda, dimana festival tahun ini mengangkat tema Yowana Masikian yang artinya generasi muda saling bersatu untuk memajukan Kerambitan dalam seni dan budaya, dan saya cukup bangga akan hal itu,” ucapnya.

Tak hanya itu, banyak event kearifan lokal yang diangkat di sini, salah satunya festival guling massal yang mengunakan babi hitam yang perlu dilestarikan. “Festival Kerambitan menjadi trademark yang tiap tahun selalu ditampilkan. Dimana kearifan lokal dan pelestarian alam, apalagi akan ada serta parade budaya dari tamu asing. Ada 20 tamu asing yang rencananya akan ikut parade ini,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *