Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama CEO Bank Dunia, Kristalina Georgieva saat memberikan keterangan terkait rehabilitasi pasca bencana di Lombok dan Palu, Rabu (10/10) di BICC, Nusa Dua. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pada pertemuan tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan pertemuan dengan Bank Dunia untuk membahas rehabiltasi pasca bencana di Lombok dan Palu, Rabu (10/10) di Nusa Dua. Dari pembahasan itu, direncanakan akan ada dana bantuan dan juga pinjaman dalam jangka waktu yang panjang.

Menurutnya, pada pertemuan itu dibahas mengenai bantuan yang akan diberikan oleh Bank Dunia. Bank Dunia dalam hal ini siap untuk membatu Indonesia dari segi pendanaan untuk pemulihan pasca bencana. “Nanti ada bantuan dan juga pinjaman dalam jangka panjang sampai 35 tahun. Itu Lagi dibicarakan jumlahnya, nanti akan disampaikan,” pungkasnya.

Baca juga:  Sejumlah Desa di Kintamani Terpapar Abu Vulkanik

“Jadi tadi sudah bicara dengan Kristalina, bicarakan program-program mulai pembangunan infrastruktur, tourism, struntin dan kesehatan. Asuransi bencana ini sangat penting kita harus bekerja segera. Mereka sudah membahas dan segera kita realisasikan hal tersebut,” kata Wapres Jusuf Kalla saat memberikan keterangan pers di BICC Nusa Dua.

CEO Bank Dunia, Kristalina Georgieva, menyampaikan, pihaknya sangat berduka terhadap apa yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Sulteng. Pihaknya memahami, Indonesia berada di zona yang secara rutin mengalami gempa.

Baca juga:  Cegah Hasutan Provokatif, Polresta Undang Mahasiswa

Untuk pemulihan dari pasca bencana, pihaknya akan mendukung untuk perbaikan infrastruktur. Seperti perbaikan sekolah, gedung dan rumah sakit. Sehingga, diharapkan nanti ketika terjadi bencana lagi, akan bisa ditanggulangi dengan cepat. “Ini karena pencegahan lebih utama,” ucapnya.

Pihaknya menyampaikan, selama ini sudah bekerja di beberapa negara seperti Chili yang menghadapi alam lebih kuat dari Indonesia. Dengan pengalaman diasana, pihaknya bisa meningkatkan standar bangunan dan memastikan masyarakat memiliki mindset pencegahan, dan memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana. “Hal itu perlu, untuk mengurangi dampak dan kerusakan yang ditimbulkan,” katanya.

Baca juga:  Pekerja Harian di Badung Dapat Nasi Bungkus

Indonesia yang berada di ring of fire, tentu juga harus memikirkan hal itu. “Saya membagikan pengalaman di Cili. bagaimana standar bangunan disana bisa kuat ketika terjadi gempa besar. Yang mereka dapati bahwa gedung sangat kuat tetapi bisa mengurangi kehancuran,” ucapnya.

Untuk pendanaan terhadap bencana, saat ini masih akan dibicarakan, karena butuh penyesuaian. Yang perlu cepat dilakukan adalah berapa dampak kerusakan kemudian bersama pemerintah akan mendata berapa membutuhkan dana dan pemerintah menginformasikan. “Kami akan siap mendukung. Itu berada di pemerintah Indonesia tapi kami siap membantu pembiayaan,” pungkasnya. (yudi karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *