PALU, BALIPOST.com – Hotel Roa Roa Palu menjadi salah satu bangunan terkena dampak parah akibat gempa Palu, Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) sore. Hotel dengan luas bangunan 3.800 m2 di atas areal seluas 6.800 m3, kini tinggal puing.

Evakuasi terhadap korban tertimbun reruntuhan masih terus dilakukan hingga, Kamis (4/10). Menggunakan tiga alat berat dan sejumlah tim evakuasi dari Basarnas.

Denny Liem (41), pemilik hotel yang ditemui saat menyaksikan proses evakuasi menuturkan, Hotel Roa roa diresmikan 12 Oktober 2014. Sebentar lagi seharusnya merayakan Hari Ulang Tahun ke-4. Dari awal perencanaan, pembangunan hotel sudah dirancang tahan gempa hingga berskala 8,0. “Siapa yang bisa menolak kejadian alam. Bangunan ini sudah dirancang tahan gempa. Tetapi, ini betul-betul dilintasi lempengan. Saat gempa terjadi, bangunan hotel terangkat ke atas, oleng ke kiri kemudian oleng lagi ke kanan dan ambruk,” ujarnya.

Baca juga:  Komjen Golose Sebut Peredaran Narkoba Memprihatinkan

Laki-laki asli Palu ini menyebutkan, hotel yang berada di Jalan Pattimura Palu berdiri tujuh lantai dengan 115 kamar tipe superior dan deluxe. Termasuk satu diantaranya tipe bisnis. Menyasar para pebisnis dan pemerintah. Harga menginap di Hotel Roa Roa antara Rp 350 ribu hingga Rp 450 ribu per malam.

Dari sisi bisnis, hotel yang mempekerjakan 55 karyawan, tengah mengalami pertumbuhan sangat baik dan sudah menjadi salah satu hotel bintang tiga terbesar dan difavoritkan di Palu. “Oktober ini saja, dalam catatan list kami, sudah penuh event di Roa Roa. Tapi, mau bagaimana lagi, kejadian alam tidak bisa dihindari,” kata Denny.

Baca juga:  Aktivitas Deformasi Indo-Australia, Gempa Bermagnitudo Hampir 7 SR Dirasakan Bali hingga Solo

Ia mengaku mengalami kerugian materi antara Rp 50 miliar hingga Rp 60 miliar akibat kejadian tersebut. “Itu khusus bangunan. Kalau secara keseluruhan bisa mencapai Rp 100 miliar,” katanya.

Namun, Denny yang mengaku Hotel Roa Roa merupakan satu-satunya ladang bisnis yang dimiliki, belum memikirkan masalah tersebut. Begitu juga soal rencana bisnisnya ke depan. “Yang pasti, saya akan mengurus asuransinya dulu. Tetapi untuk saat ini, saya lebih fokus pada proses evakuasi dengan harapan jiwa-jiwa yang masih tertimbun reruntuhan bisa dievakuasi dengan baik. Saat ini masih ada sekitar 20an jiwa di bawah reruntuhan,” sebutnya. (Bali Putra/balipost)

Baca juga:  Likuifaksi dan Tata Ruang Wilayah Bali
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *