SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Trunyan merupakan Desa Bali Aga di kawasan geowisata Gunung Batur Kecamatan Kintamani, Bangli. Kawasan geowisata ini dikenal sebagai obyek wisata yang mengandalkan panorama kaldera Gunung Batur dan Danau Batur, serta ritual yang melekat dalam kehidupan masyarakat Bali Aga.

Walaupun terletak pada posisi vital dan strategis dalam peta kepariwisataan Kintamani, ternyata Desa Trunyan masih bergulat dengan masalah kemiskinan. Selain itu, persoalan eksklusivitas wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, konflik sosio ekonomi, politik, kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah.

Kondisi ini, mendorong Universitas Pendidikan Ganseha (Undiksha) Singaraja bekerjasama dengan Pemkab Bangli menggulirkan Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Tahun 2018. Program ini didanai penuh Kementerian Riset Teknologi Pedidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI) untuk memberdayakan masyarakat Desa Trunyan dalam mengembangkan desa geowisata Bali Aga.

Baca juga:  Ratusan Mahasiswa Dilepas Ikuti OJT

Dalam PPDM ini, selain membangun infrastruktur wisata, seperti bantuan gazebo, sampan, dan edukasi literasi wisata, juga membangun sentra produktif ekonomi yang dapat mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian. Komoditas pertanian yang sangat populer di Desa Trunyan adalah bawang merah, cabe lokal dan cabe lombok, dan tomat.

Secara konvensional, masyarakat tani terbiasa bertani secara mono-kultur, jadi selama durasi waktu tertentu hanya menanam bawang merah saja, atau cabe saja. Sehingga saat panen raya, sering harga produk tani anjlok, karena persaingan harga yang saling menjatuhkan.

Atas dasar itu, program PKW berusaha membimbing masyarakat tani untuk bertani hortikultural secara multi-kultur dengan sistem tumpang sari. Agar ketersediaan produk tani yang terdiversifikasi dapat menekan fluktuasi harga pasar ekstrem saat panen raya.

Baca juga:  Pelantikan Warek dan Direktur Pascasarjana, Undiksha Kejar Target Unggul di Asia

Menurut Ketua pelaksana PPDM Desa Trunyan Drs. I Gede Gunatama, M.Hum, fasilitas yang paling dibutuhkan dalam kawasan perkebunan bawang merah di Desa Trunyan, adalah sumber air untuk penyiraman. Atas dasar itu, program PPDM tahun ini di Desa Trunyan adalah menyediakan sumber distribusi air yang khusus digunakan untuk keperluan penyiraman kebun bawang merah pada kelompok tani bawang, dengan memberikan bantuan pompa air.

Di samping itu, juga diberikan bantuan peralatan pertanian dan bahan yang diperlukan dalam penanaman dan perawatan budi daya tani bawang merah, seperti alat semprot, selang pipa, plastik, dan pupuk. Secara bertahap, tim PPDM juga mengedukasi kelompok tani bawang merah untuk melakukan budi daya bawang merah organik.

Baca juga:  PD Pasar Buleleng Relokasi Ratusan Pedagang Pasar Tumpah

Hal ini dilakukan, mengingat pencemaran tanah dan air Danau Batur cukup tinggi akibat pemakaian zat non-organik dalam pertanian di kawasan desa Trunyan.

Ketua Kelompok Tani Bawang Merah I Wayan Arjana mengatakan, budidaya tani bawang organik dilakukan dengan dengan menyemai demplot pertanian organik bawang merah. Meski disadari proyeksi keuntungan hasil tani bawang merah organik lebih lebih rendah dari non-organik, tapi untuk kepentingan jangka panjang budidaya organik ini sangat penting dilakukan. Dengan demikian, unsur hara tanah dapat terjaga dengan baik, dan mereduksi tingginya intensitas pencemaran air Danau Batur. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *