manggis
Buah manggis hasil perkebunan di Tabanan. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Sebelum keran ekspor manggis dibuka, setiap puncak panen manggis, harga akan turun drastis. Seperti pengalaman tahun sebelumnya, harga manggis di puncak panen raya jatuh ke harga Rp 5.000 per kilogram.

Namun, kondisi ini diyakini tidak terjadi pada puncak panen yang jatuh pada Maret 2019. Eksportir Manggis asal Pupuan Tabanan, Jero Putu Tesan mengatakan saat ini petani manggis di Tabanan utamanya Pupuan, sedang sumringah. Hal ini dikarenakan pohon manggis berbuah banyak dan saat ini sudah memasuki musim panen.

Baca juga:  Bali "Kick-off" Vaksinasi COVID-19, Tambahan Kasus Harian Hampir Capai 300 Orang!

Harga manggis pun masih ada dikisaran Rp 25.000 per kilogram di tingkat petani. Ia optimis, meski pada puncak panen yang terjadi pada Maret 2019 akan ada penurunanharga jual manggis, tetapi tidak akan sejatuh tahun-tahun sebelumnya. “Setidaknya harganya turun dikisaran Rp 15.000 per kilogram. Tidak
jatuh sampai Rp 5.000 perkilogram seperti tahun-tahun sebelum keran ekpor terbuka,” jelas Tesan.

Tesan melanjutkan, naiknya harga jual manggis pada puncak musim panen nanti karena produk yang ada ini terserap maksimal oleh pasar. Menurutnya dengan dibukanya ekspor manggis langsung ke negara tujuan Tiongkok, petani manggis memperoleh angin segar sekaligus menjadi penyelamat ketika terjadi produksi berlebih di dalam negeri.

Baca juga:  Tak Lagi Andalkan Pariwisata, Sektor Ini Bisa Dikembangkan di Bali

Tambahnya, kondisi itu lebih menggembirakan lagi karena hanya manggis dari Bali saja yang diperbolehkan untuk langsung masuk ke Tiongkok tanpa melalui pihak ketiga. Selama ini ekspor manggis harus melalui negara ketiga, yakni Thailand. Namun, sejak 16 Juli 2018, Thailand tidak lagi mengambil manggis dari Indonesia.

Menurut Tesan yang merupakan Ketua Asosiasi Manggis Indonesia, distopnya ekspor dari Thailand ini erat kaitannya dengan standar mutu yang diminta oleh buyer. Salah satu yang paling utama adalah petani harus mengantongi sertifikasi kebun serta adanya standar pengepakan yang melalui proses pembersihan dan packing house. “Selama ini di Bali, sejumlah petani manggis sudah menerapkan standar tersebut, sehingga buyer membuka pintu ekspornya untuk manggis asal Bali,” ujarnya. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Kolaborasi dengan Media Perkuat Pengusaha Muda
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *