GIANYAR, BALIPOST.com – Peningkatan okupansi akomodasi di kawasan wisata Ubud, yang meroket hingga 90 persen, berimplikasi terhadap kunjungan ke Pasar Ubud. Pasar tradisional yang menawarkan berbagai produk kesenian ini merasakan dampaknya dalam beberapa minggu terakhir.

Hal ini terlihat dari kunjungan turis ke pasar yang berlokasi di bagian tenggara Catus Pata Ubud ini meningkat signifikan. Pantauan Jumat (17/8), sejak pukul 08.00 Wita sudah terlihat sejumlah wisatawan mengunjungi kawasan Pasar Ubud.

Menurut sejumlah pedagang, kunjungan akan tambah padat memasuki siang hingga sore hari. “Sejak beberapa minggu ini kunjungan tambah ramai dari hari biasa,” kata Nyoman Latri, salah seorang pedagang Pasar Ubud.

Baca juga:  Berulang Kali Ditertibkan, Parkir Sembarangan Masih Saja Marak di Ubud

Pedagang asal Tegallalang itu menjelaskan di kawasan pasar ini para pengunjung bisa memperoleh berbagai produk keraijinan hingga benda seni dengan harga yang relatif murah. “Tamunya sudah pintar nawar sekarang, tapi kalau ramai ya pedagang tetap jaga harga,” ucap penjual kerajinan tas dari anyaman bambu ini.

Sementara Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Gianyar, Tjokorda Gde Agung Ichiro Sukawati mengakui peningkatan kunjungan dan lama tinggal wisatawan di Ubud memberi dampak signifikan terhadap pengelola usaha pariwisata di kampung turis ini. “Semua merasakan dampaknya, dari kunjungan ke restoran, museum, dan objek wisata lainnya,” ucap putra sulung dari penglingsir Puri Ubud, Tjokorda Raka Putra Sukawati ini.

Baca juga:  Ratusan Pedagang Pasar Seni Sukawati Pindah ke Lapangan Sutasoma

Terutama Pasar Ubud yang selama ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Ubud, memang semakin ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Dikatakan kondisi ini amat dirasakan masyarakat yang berjualan di pasar tersebut. “Pasar Ubud itu kan salah satu ikon kita, dan memang kunjungan ramai sekali,” katanya.

Cok Ichiro mengatakan, bila mengacu pada musim kunjungan, kondisi ini akan berlangsung hingga akhir Agustus atau awal September ini. Namun karena memasuki Oktober akan diselenggarakan Annual Meeting of the International Monetary Fund (IMF) and World Bank Group diperkirakan bulan berikutnya tingginya kunjungan tetap terjadi. “Mudah-mudahan saja, selain mengikuti even, mereka ke Ubud juga untuk liburan. Sehingga bisa memberi dampak terhadap pengusaha pariwisata di Ubud,” katanya.

Baca juga:  Naikkan Harga Jelang Hari Raya, Polda akan "Sikat" Mafia Pangan

Melihat tingginya kunjungan wisatawan, Cok Ichiro berharap ke depan ada perhatian lebih dari pemerintah dalam menata Ubud, terutama dalam membenahi insfrastruktur dan mengatasi masalah kemacetan. “Ubud sudah berulangkali mendapat penghargaan dunia, sebagai destinasi terbaik, jadi sudah sewajarnya kami sebagai masyarakat Ubud meminta keseriusan pemerinah dan pihak lainnya untuk mengatasi persoalan di Ubud,” ucapnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *