Sejumlah anak duta Kota Denpasar menampilkan seni janger pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XL di Taman Budaya, Denpasar. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Persiapan Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-40 tahun ini terbilang paling matang dan lebih panjang bila dibandingkan PKB-PKB sebelumnya. Namun, bukan berarti ajang tahunan ini luput dari evaluasi.

Selain masalah waktu pawai yang masih perlu kesepakatan agar ditepati sesuai rencana, juga menyangkut kualitas materi parade dan pagelaran. “Kualitas sajian materi parade dan pagelaran perlu peningkatan lebih serius karena masih banyak materi penampilan yang kualitasnya tidak lebih dari tampilan kesenian biasa di luar PKB,” ujar Koordinator Tim Kurator PKB, I Wayan Dibia dalam evaluasi pelaksanaan PKB Ke-40 Tahun 2018 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Selasa (7/8).

Baca juga:  Putus Rantai Covid-19, Desa Adat Tista Sahkan "Awig-Awig"

Menurut Dibia, PKB mestinya menampilkan garapan unggulan yang tidak bisa secara mudah didapat di luar event ini. Evaluasi lainnya, pihaknya mendapati masih ada lakon cerita yang tidak didasarkan atas kajian sastra. Kemudian, masih ada kesenian yang ditampilkan oleh pelaku yang sama berulang-ulang. “Ke depan hal ini perlu diminimalisir untuk lebih banyak memberi kesempatan pada generasi muda,” imbuhnya.

Dibia menambahkan, para seniman kedepan agar lebih menaati kesepakatan terkait dekorasi panggung. Disisi lain, pembawa acara juga harus lebih menguasai materi yang akan diantarkan. Untuk pembina dan pengamat agar lebih siap dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.

Baca juga:  Presiden Jokowi Cek "Venue" KTT G20 di Nusa Dua

Pengamat Independen, I Made Bandem mengatakan, perencanaan PKB telah dilakukan dengan amat baik. Tampak dari persiapan yang dilakukan secara intensif selama 6-7 bulan. Tema PKB tahun ini bahkan sudah dibahas satu tahun sebelumnya saat pelaksanaan PKB Ke-39.

Menurutnya, hiburan yang sehat harus mengandung unsur menyenangkan masyarakat, unsur keindahan, bervariasi, berisi lelucon, memberi keluasan pengetahuan, dapat mengharukan perasaan, tidak menjemukan, menimbulkan rasa bangga, bermutu dan memberikan tuntunan moral. “Highlight PKB masih pada gong kebyar, yang selalu dikunjungi beribu-ribu penonton. Kemudian lomba baleganjur anak-anak juga berjubel dikunjungi. Mutunya sudah bagus dan merata di seluruh kabupaten/kota,” ujarnya.

Baca juga:  PKB XLII 2020 Ditiadakan, Ini Tanggapan Para Seniman

Berkaitan dengan pameran, lanjut Bandem, pameran kerajinan berhasil membukukan omzet Rp 14,22 miliar. Sedangkan kuliner menghasilkan omzet Rp 2,55 miliar. Kendati semua pemilik stan mengeluh penjualannya menurun drastis bila dibandingkan tahun lalu, namun mereka tetap ingin berpartisipasi kembali dalam PKB tahun depan. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *