Cengkeh. (BP/dok)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Buleleng dikenal sebagai salah satu daerah penyumbang produksi cengkeh terbaik di Bali. Desa penghasil cengkeh di daerah ini berloaksi di tujuh kecamatan dengan luas lahan mencapai 7.800 hektar.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, produksi cengkeh Buleleng mengalami fluktuasi yang tinggi. Ini karena cuaca buruk, sehingga tanaman tidak bisa berbunga dengan maksimal.

Berdasarkan data Dinas Pertanian (Distan) Buleleng, produksi cengkeh Buleleng dalam tiga tahun berturut-turut, rinciannya, 2015 total produksi cengkeh di Bali Utara sebanyak 4.000 ton. Di 2016 produksinya naik menjadi 6.000 ton dan 2017 produksinya kembali terjun bebas menjadi 250 ton cengkeh kering.

Baca juga:  Penyeberangan Kusamba-Nusa Penida Dibuka, Tapi Belum Normal

Bukan saja dari produksi naik turun, perkembangan harga cengkeh di tingkat petani juga mengalami hal serupa. Meski demikian, fluktuasi harga cengkeh belum menimbulkan kerugian besar bagi petani. Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng Nyoman Genep, Selasa (31/7) mengatakan, produksi cengkeh tidak bisa diprediksi. Ini karena budi daya tanaman ini sangat tergantung dengan kondisi cuaca.

Ia mencontohkan, seperti di 2017, memasuki musim panen raya curah hujan berkepanjangan melanda wilayah Buleleng. Akibatnya, tanaman banyak yang gagal berbunga. “Fluktuasi produksi cdengkeh ini tidak bisa dihindari, sebab tergantung dengan cuaca. Walau terjadi penurunan jumlah petani, kita belum ada yang rugi besar sebab harga masih stabil dan hanya terjadi penurunan sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Baca juga:  Antisipasi Libur Nataru, Presiden Sampaikan 6 Arahan Ini

Semenara itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) I Ketut Budiman mengatakan, produksi cengkeh turun drastis terjadi pada 2015 dan 2017. Situasi ini tidak bisa dihindari akibat cuaca yang tidak bersahabat.

Walau sempat melorot, namun dia optimis produksi cengkeh di Bali termasuk di Buleleng tahun ini terdonkgrak. Optimisme itu dibuktikan dengan hasil pantauannya belakangan ini, rata-rata tanaman berbunga lebat. “Petani kita dua kali mengalami masa sulit itu dan tahun ini tanaman semua berbunga dan saya optimis ini akan mengembalikan produksi cengkeh di Bali,” katanya. (Mudiarta/balipost)

Baca juga:  Diganti Rp 2 M Per Are, Pemilik Lahan Masih Tidak Setuju  
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *