SINGARAJA, BALIPOST.com – Serangan Jamur Akar Putih (JAP) masih menjadi “musuh” berat di kalangan petani cengkeh di Buleleng. Ini karena serangan JAP dapat menyebabkan kematian pada tanaman, hingga memicu terjadinya gagal panen.

Apalagi, beberapa tahun belakangan ini banyak petani menjual daun cengkeh untuk disuling. Padahal, daun yang seharusnya membusuk untuk membunuh JAP sangat diperlukan. Situasi ini telah diatasi dengan larangan mengambil daun cengkeh dan menutup usaha penyulingan, sehingga pengambilan daun cengkeh bisa dikendalikan.

Areal budidaya cengkeh di Buleleng saat ini tercatat seluas 7.875 hektar dengan jumlah petani sebanyak 10.873 kepala keluarga (KK). Areal budidaya ini menyebar di Kecamatan Tejakula, Kubutambahan, Sawan, Sukasada, Buleleng, Banjar, Seririt, dan di Kecamatan Busungbiu.

Baca juga:  Kodam Seleksi Calon Anggota Pasukan Elit TNI

Dari usaha tani ini produktivitas tanaman berfluktuasi karena tergantung dengan cuaca dan pola pemeliharaan tanaman. Rata-rata setiap satu hektar lahan produksinya sebanyak 2.250 kilogram.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Nyoman Genep di damping Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Agung Adnyana, mengatakan, cengkeh merupakan komoditas pertanian andalan di daerahnya. Hanya saja, dalam pengembangannya budi daya ini mengalami kendala serius.

Dia mencontohkan, kendala itu adalah perilaku petani yang belum berorientasi pada produktivitas tanaman. Petani terpaku memenuhi areal tanaman dan jarak tanam sering diabaikan.

Pola ini memang baik tanaman mampu tumbuh subur. Hanya saja, produktivitasnya justru tidak maksimal. “Petani menganggap di lahan asal banyak pohon sudah bagus dan tanaman memang tumbuh subur, tapi faktanya produktifitas ketika musim belum optimal,” katanya.

Baca juga:  Ribuan Hektare Cengkeh di Buleleng Diserang JAP

Menurut Genep, penanaman yang kurang memperhatikan jarak tanam menyebabkan kelembaban di lahan itu sendiri tergolong tinggi. Kelembaban yang tinggi itu memudahkan JAP akan cepat berkembangbiak.

Berbeda jika jarak tanaman diatur, lahan areal tidak terlalu lembab. Penyinaran yang maksimal tidak saja membantu produktivitas tanaman berbunga, namun bibit penyakit JAP akan bisa dicegah sejak dini. “Dahulu daun cengkeh banyak diambil untuk disuling, ditambah tanaman rapat dan kelembaban akan tinggi. Kondisi ini dengan cepat bibit JAP menyerang,” tegasnya.

Baca juga:  Sejumlah Kebijakan Dongkrak Pendapatan Abaikan Kesejahteraan Petani

Di sisi lain Genep mengatakan, mengantisipasi serangan JAP yang masih berpotensi menyerang, tahun ini Distan telah menyiapkan program pengendalian hama dan penyakit utamanya penyakit JAP. Program ini digulirkan dengan menyasar 250 hektar lahan tersebar di beberapa kelompok subak di Bali Utara.

Selain itu, untuk merehabilitasi tanaman yang beberapa tahun lalu terserang JAP, tahun ini Distan menyiapkan penggantian tanaman pada lahan seluas 200 hektar. “Kita coba siapkan program pengendalian penyakit JAP dengan bertahap. Selain itu, lewat pendampingan PPL kami, sehingga pengembangan budi daya cengkeh di daerah kita berkembang dan produktivitasnya meningkat,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *