SINGARAJA, BALIPOST.com – Berdiri sejak tahun 1926 silam, sekaa gong Eka Wakya Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung, Singaraja salah satu sekaa gong yang tetap eksis dan meraih sejumlah prestasi. Sekaa ini beberapa kali sempat tampil dalam even kabupaten dan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB).

Perkembangan kreasi seni karawitan belakangan ini, ternyata sekaa ini komitmen untuk bertahan dalam melestarikan pakem kekebyaran khas Buleleng. Sekaa gong Eka Wakya terdiri dari sekaa gong dewasa, remaja, anak-anak dan ibu-ibu Tim Penggerak PKK.

Warga memiliki antusiasme yang tinggi dalam seni karawitan. Sejak berdiri tahun 1926, sekaa gong kebyar ini dimulai dengan bentukan sekaa gong dewasa.

Keberadaannya pernah mengalami pasang surut beberapa kali kemudian dibangkitkan kembali dan tetap eksis seperti sekarang ini. Sekaa gong ini kemudian melalui berkembang dengan membentuk sekaa gong remaja yang sempat mengalami pasang surut.

Baca juga:  Desa Adat Sukawati Lakukan Penguatan Bahasa Bali

Situasi ini berhasil dibangkitkan kembali pada tahun 1992, 1997, 2007 hingga saat ini. Tepatnya, tahun 2011, Made Pasca Wirsuta, seorang lulusan sarjana seni ditunjuk sebagai  pelatih sekaa tersebut.

Pasca Wirsuta didampingi Kelian Sekaa Gong Eka Wakya Made Astawa menuturkan, beberapa kali even yang diikuti oleh sekaa ini adalah ikut serta dalam pawai di kabupaten maupun di Provinsi Bali. Bahkan, di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) sekaa gong ini sempat mendapatkan panggung kehormatan menunjukkan bakat seni mereka. Antara lain, tahun 2004 diawali oleh sekaa gong kebyar dewasa, tahun 2009 oleh sekaa gong remaja, tahun 2013 oleh sekaa gong anak-anaknya dan masuk menjadi sekaa gong terbaik saat itu.

Dalam pembinaan dan pelatihan pria yang akrab disapa Dek Pas itu, menuturkan masing-masing memiliki pendalaman tersendiri. Seperti pada gong kebyar dewasa disiapkan untuk membawakan gambelan khas Buleleng, sedangkan sekaa gong remaja dan anak-anak dilatih untuk penguasaan tabuh dan tari kreasi. Namun seluruhnya tetap memegang teguh kekebyaran khas Buleleng. “Di rumah kami di Banjar Paketan ada empat sekaa gong kebyar dan semuanya namanya Eka Wakya, baik yang dewasa, remaja, anak-anak dan ibu-ibu PKK,” katanya.

Baca juga:  Apresiasi Para Seniman, Pemkab Badung Berikan Penghargaan Seni Kerti Budaya

Sekaa ini menggunakan gong pacek yang merupakan ciri khas sejak gong kebyar lahir di Bali Utara. Dalam mempelajari lagu (gending) sengaja diarahkan untuk menguasai gambelan maupun tarian yang diciptakan oleh maestro-maestro seni dari Buleleng sendiri.

Pendalamannya itu baik pada gong kebyar aliran dangin enjung  yang memiliki karakter lebih dinamis dan keras maupun gong kebyar dauh enjung dengan kesan lebih santai dan kekebyaran yang lebih pendek. “Kami tetap kedepankan gambelan dan kekebyaran khas Buleleng. Dasar-dasarnya tetap kami pakai patokan, sehingga pakem gong kebyar Buleleng tetap hidup dan lestari,” tegasnya.

Baca juga:  Pendidikan Abad 21: Model PAKEM, Digital, dan Literasi

Dalam setiap pentasnya, sekaa gong Eka Wakya menggunakan set gong kebyar yang berbeda dari set gong pada umumnya. Jika pada gong kebyar biasa menggunakan empat gangsa, namun sekaa ini menggunakan delapan gangsa.

Setelan gong seperti ini warisan leluhur sejak dulu. Biasanya set gong kebyar yang lengkap akan dikeluarkan ketika ada piodalan di Banjar Paketan. Belum diketahui apa maksud perbedaan tersebut. “Yang jelas ketika seluruh set gong kebyar dimainkan oleh lebih banyak sekaa dan bunyi kekebyarannya lebih maksimal,” jelas Wirasuta sembari diiyakan Kelian Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya Made Astawa. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *