GIANYAR, BALIPOST.com – Iptu Yuliana Lomi sudah sejak 1988 mengabdi sebagai polisi wanita (Polwan) di Kabupaten Gianyar. Puluhan tahun mengabdi, sosok Polwan asal Waingapu, Sumba, Nusa Tenggara Timur ini pun sudah cukup dikenal di gumi seni ini.

Terlebih kini ia menjabat sebagai Kaur Bin Ops (KBO) Satuan Binmas Polres Gianyar yang sering bersentuhan dengan masyarakat. Kesehariannya, Polwan yang akrab disapa Mami Lomi ini memang dekat dengan masyarakat.

Sebab tugas dan fungsinya untuk memberikan penyuluhan dan bimbingan masyarakat. Ia membawahi 70 Babhinkamtibmas se Kabupaten Gianyar. “Membawahi bahin secara otomatis kita juga rutin bersentuhan dengan masyarakat,” ucapnya.

Baca juga:  Polwan "Di-warning" saat Bermedsos

Dalam menjalankan tugasnya berbagai upaya dilakukan untuk menggaungkan pesan-pesan ketertiban masyarakat. “Memberikan pesan kamtibmas itu bisa lewat banyak cara, baik melalui pertemuan tatap muka, siaran radio maupun melalui imbauan-imbauan tertulis,” jelas Iptu Lomi ditemui Jumat (20/4).

Meneladani sosok Kartini sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, Polwan kelahiran 4 Juli 1976 ini juga punya motivasi yang sama. Khususnya untuk menjadi bagian dari institusi Polri. “Dulu semasih kecil, saya tertegun melihat sosok polwan walau kala itu jumlahnya hanya segelintir,” katanya.

Baca juga:  Di Klungkung, Kecamatan Ini Dianggap Paling Rawan Kecurangan

Angan-angan Lomi kecil jadi Polwan pun terjawab, pasca dirinya lulus kuliah di Undana Kupang, ada bukaan calon anggota Polri melalui Polwil Bali-Nusra. “Saya daftar paling terakhir, beberapa harus bolak-balik penuhi persyaratan. Hingga akhirnya dites untuk lari 12 menit keliling lapangan. Dengan modal nekat dan semangat, saya akhirnya bisa menyelesaikan ujian itu,” jelasnya.

Setelah itu, Lomi mengikuti pendidikan di Jakarta selama 11 bulan antara tahun 1987-1988. Lulus dari pendidikan, Lomi langsung ditempatkan di Polda Bali. “Saya kembali ditempa selama 3 bulan, latihan kempo. Setelah itu ditugaskan di Gianyar sampai saat ini,” jelasnya.

Baca juga:  NIK Ganda di Klungkung Capai 15 Ribu Warga

Sejak tahun 1988 Polwan asal Waingapu, Sumba, Nusa Tenggara Timur ini sudah menginjakkan kaki di Gianyar. Kini Bali sudah dianggapnya sebagai tempat kelahiran keduanya. “Saya besar di Bali, saya suka suasana dan orangnya yang ramah. Terlebih di wilayah Gianyar ini,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *