Megawati Soekarnoputri saat hadir di pameran dokumenter 'Tiga Tinta Emas Abad 20 Soekarno.' (BP/ade)

JAKARTA, BALIPOST.com – Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri mengatakan satu abad lalu, Presiden pertama RI Sukarno (Bung Karno), bersama tokoh-tokoh dunia memprakarsai Konferensi Asia Afrika (KAA) dan pembentukan Gerakan Non Blok (GNB). Ia berharap peritiwa penting itu menjadi warisan dunia yang diakui UNSECO.

Sebagai putri Bung Karno, Megawati mengaku terlibat dalam tiga peristiwa besar di abad 20 itu. Penegasan disampaikan Megawati saat menjadi Pembicara Utama Peringatan 63 tahun KAA sekaligus Pidato pameran dokumenter ‘Tiga Tinta Emas Abad 20 Soekarno’ di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (17/4).

“Satu abad lalu, tepatnya abad 20, ada tiga peristiwa penting dalam sejarah peradaban manusia. Saya berusia 8 tahun saat Konferensi Asia Afrika Tahun 1955, berusia 13 tahun saat Pidato Bung Karno di PBB 1960, dan berusia 14 tahun saat Gerakan Non-Blok pertama yang diadakan di Beograd 1961. Saya adalah delegasi termuda,” ungkap Megawati.

Baca juga:  Gunung Anak Krakatau Level III, Dilarang Dekati Kawah

Sebagai saksi sejarah Megawati mengatakan masih terekam jelas dalam ingatannya bagaimana peristiwa penting itu yang pada akhirnya membentuk karakternya dalam berpolitik. “Saya rindu perdebatan argumentatif para pemimpin bangsa seperti yang saya saksikan, saya ikuti, dan saya catat langsung antara tokoh-tokoh pelopor GNB,” ungkapnya.

Perdebatannya penuh martabat, saling menghormati, sekaligus rasional dan belarasa. Kesan inilah yang menurut Megawati mendorong dirinya hadir dan ingin berbagi rasa dengan peserta yang hadir.

Lebih jauh Megawati mengatakan berkaitan dengan dinamika dan kondisi lingkungan dunia saat ini, KAA dan GNB masih relevan untuk menyelesakan berbagai persoalan dunia. Karena sejatinya, baik saat KAA, Pidato di PBB maupun oada GNB, Bung Karno telah mengingatkan bahwa semua warga bangsa saling terkoneksi. “Kita tidak mungkin hidup sendiri-sendiri! Dapatkah kita sendiri-sendiri dalam menghadapi persoalan radikalisme, perdagangan narkotika dan manusia, yang menjadi lintas negara? Contoh konkret lainnya adalah masalah perubahan iklim dan cuaca yang juga berpengaruh pada perubahan budaya dan cara hidup manusia, serta berdampak pada politik ekonomi, terutama pangan,” kata Megawati.

Baca juga:  Jelang Pemilu 2024, Gibran Rakabuming Diminta Waspadai Manuver Politik

Untuk itu, Megawati meminta bangsa Indonesia dan warga dunia untuk menengok dan belajar dari sejarah yang membutuhkan Arsip KAA, Arsip Pidato Bung Karno di PBB dan Arsip GNB pertama sebagai ingatan kolektif. “Goresan dari ‘Tiga Tinta Emas abad 20’ tersebut adalah bekal setiap bangsa untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa depan. Apa yang diikrarkan dalam tiga peristiwa besar itu, menurut Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu jelas belum selesai. “Proyek perdamaian para pendiri bangsa harus kita tuntaskan. Kekeliruan masa lampau yang melahirkan tragedi-tragedi kemanusiaan tidak boleh terulang lagi,” tegasnya.

Baca juga:  Baliho Calon Marak, Panwas Gianyar Belum Bisa Tertibkan

Megawati berharap semua pihak memiliki komitmen untuk membangun perdamaian. Iapun mengambil kata bijak seorang filsuf bahwa bangsa tanpa ingatan kolektif adalah bangsa tanpa masa depan.

Saat ini, Indonesia telah mendapat pengakuan dari UNESCO untuk Arsip KAA melalui Memory of The World (MoW) UNESCO. Kini, dua Arsip lagi tengah diperjuangkan untuk emdapa pengakuan lembaga dunia yang di bawahi PBB itu. “Dari lubuk hati paling dalam, saya ajak saudara-saudara terlibat aktif dalam memberikan dukungan, untuk memperjuangkan Arsip Pidato Bung Karno di PBB, dan Arsip GNB Pertama sebagai Memory of the World yang akan ditetapkan UNESCO pada tahun 2019. Inilah bagian dari tiga sejarah yang harus kita tuntaskan bersama,” ucap Megawati. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *