Posko Amerta Bhuana masih dihuni pengungsi. Salah satunya warga yang berasal dari Bukit Galah. Mereka tidak bisa pulang karena akses jalan ke rumah mereka terputus akibat erupsi Gunung Agung. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Mendekati sebulan turunnya status Gunung Agung ke level siaga, warga Banjar Bukit Galah, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, belum bisa pulang ke rumah masing-masing. Mereka masih bertahan di pos pengungsian Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana, Selat.

Kondisi itu terjadi karena sejauh ini kampung mereka masih terisolir akibat terputusnya akses jalan. Banjar Bukit Galah sebenarnya berada di luar radius berbahaya 4 km yang direkomendasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Namun Senin (12/2) atau dua hari setelah diumumkannya status siaga, warga setempat yang sebelumnya mengungsi di GOR Swecapura, Klungkung dipulangkan hanya sampai di Banjar Tegeh.

Hal itu dikarenakan titik akses jalan di alur Tukad Timus di sisi barat kampung dan di alur Tukad Panti di sisi timur kampung, putus diterjang banjir bandang. “Saat ini titik jalan yang putus belum ditangani,” ungkap Perbekel Amerta Bhuana, I Wayan Suara Arsana, Minggu (4/3).

Baca juga:  Dewan Dorong Pabrik Kopi di Mengani Dioperasikan Kembali

Pihaknya mengatakan warga Bukit Galah masih bertahan di Banjar Tegeh sebanyak 44 KK atau sekitar 135 jiwa. Mereka ditempatkan di balai balai banjar setempat. Untuk logistik, menurut dia, relatif tidak ada kendala. Selain dukungan dari masyarakat Amerta Buana sendiri, pasokan logistik juga banyak datang dari donatur dan dari Posko Induk Tanah Ampo.

Suara mengatakan warga Selat secara umum sangat berempati terhadap situasi sulit yang dihadapi warga Bukit Galah. Meski begitu, selaku Sekretaris Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung, pihaknya mendesak pemerintah segera menangani titik jalan yang putus tersebut sehingga warga Bukit Galah bisa beraktivitas kembali layaknya warga lainnya. “Kalau untuk kebutuhan logistik di pengungsian, saya pastikan aman. Kami pernah jadi pengungsi, sekarang giliran kami membantu,” ujarnya.

Baca juga:  Pohon Tumbang Hancurkan Rumah Warga Gunaksa

Ketua Pasebaya, I Gede Pawana, juga berharap perbaikan titik jalan yang jebol segera dilakukan agar aktivitas ekonomi warga Bukit Galah bisa bangkit lagi. Selama kerusakan belum ditangani, tidak mungkin bagi warga Bukit Galah untuk pulang kampung. “Saya dengar sudah ada tim yang turun melakukan pengecekan, katanya titik jalan yang jebol sementara dipasangi jembatan besi. Tapi belum terealisasi, mungkin pemerintah masih menghitung anggaran,” ungkapnya.

Baca juga:  Empat Hari, Karangasem Ditarget Rampungkan Vaksinasi Booster ke 80 Ribu Warga

Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), I Ketut Sedana Merta, usulan rencana perbaikan oleh BPBD Karangasem sudah ada. Usulan tersebut sudah diteruskan dan saat ini masih dalam proses verifikasi di Pusat. “Kita membantu teknis perencanaannya, penanganannya tetap BPBD,” ujarnya.

Secara umum, menurut dia, Dinas PUPR mengusulkan perbaikan 10 ruas jalan jalur evakuasi yang terdampak erupsi Gunung Agung. Total nilainya Rp 4,29 miliar melalui Dana Siap Pakai (DSP). Khusus untuk ruas jalan Banjar Sukaluwih-Banjar Bukit Galah, perencanaannya sebesar Rp 750 juta. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *