GIANYAR, BALIPOST.com – Industri kerajinan perak di Desa Celuk Sukawati Gianyar hingga saat ini masih mengalami kelesuan. Padahal, Celuk merupakan sentra kerajinan perak terbesar setelah Kota Gede, Yogyakarta.

Salah satu keunggulan perhiasan perak celuk, adalah dari segi desain yang unik dan masih dilakukan secara handmade. Namun 5 tahun belakangan ini nilai eksport perhiasan perak masih lesu.

Berdasarkan data di Disperindag Kabupaten Gianyar, saat ini jumlah perajin perak di Desa Celuk sekitar 300 perajin. Namun dari jumlah tersebut tidak semuanya berkembang. Tidak sedikit yang mati suri akibat tingginya harga bahan baku dan kalah saing dari daerah maupun negara lain.

Baca juga:  Hendak Diekspor ke Vietnam, Bibit Lobster Bernilai Milyaran Rupiah Diamankan

Tapi meski begitu, ikon perhiasan perak di Bali masih tetap dipegang oleh Desa Celuk Gianyar. Untuk membangkitkan inilah serta mempertimbangkan potensi yang ada, pihak Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) dibawah Kementerian Perdagangan RI memberikan materi pelatihan tentang peningkatan daya saing dan pemasaran ekspor produk kerajinan perak di kabupaten Gianyar pada Jumat (2/3).

Kepala BBPPEI Kementerian Perdagangan RI, Iriana Trimurty Ryacudu mengatakan, dipilihnya tema pelatihan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan praktis pada para peserta. Mengenai gambaran umum produk kerajinan perak, peluang dan tren produk kerajinan perak di pasar ekspor. Selain itu, perajin juga diajarkan standar mutu dan persyaratan pasar untuk produk kerajinan perak, pengembangan desain produk kerajinan perak, pengalaman ekspor produk kerajinan perak dan pemasaran ekspor produk kerajinan perak. (Manik Astajaya/balipost)

Baca juga:  UMKM Serap Ratusan Juta Naker, BRI Ambil Peran Pemberdayaan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *