pohon sawo pecik
Pohon sawo pecik yang tumbah di areal puri agung Gianyar, Minggu (18/2). (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Pohon Sawo Pecik yang tumbuh di areal Puri Gianyar Kauhan tiba-tiba tumbang, Minggu (18/2) sekitar pukul 16.45 wita. Pohon tersebut ditanam oleh Raja Gianyar terakhir Raja Manggis ke VIII sekitar tahun 1896. Bupati Gianyar A.A. Gde Agung Bharata pun memantau langsung proses evakuasi pohon tersebut.

Bupati Bharata mengatakan Pohon Sawa Pecik ini memang berusia ratusan tahun, yakni ditanam oleh Raja Manggis ke VIII sekitar tahun 1896. Untungnya pohon ini tumbang ke arah barat laut sehingga tak menimpa apapun termasuk sebuah bangunan di sisi baratnya. “Pohon ini sudah tua, pantas dia roboh, “ katanya.

Baca juga:  Jelang Pilkada, Seluruh Jajaran Pengawas Jalani Rapid Test

Menurut Bupati Bharata pohon sawo dengan buah kecil-kecil ini memang menjadi ciri khas Kerajaan. Tak hanya di Bali, bahkan di setiap areal kerajaan di Indonesia rata-rata menanam pohon jenis ini. Disinggung terkait dengan kepemimpinan di Kabupaten Gianyar, Menurut Bupati Bharata, pohon ini seakan isyarat menjelang berakhir massa jabatannya sebagai Bupati Gianyar. “Lalu, pengganti saya kan sudah ada yang baru,” jelas Bupati Bharata yang akhir massa jabatannya 21 Februari ini.

Baca juga:  Menyoal Hak Politik ASN Dalam Pilkada

Bupati Bharata juga menolak bila pohon ini dikaitkan dengan adiknya A.A. Gde Mayun yang saat ini akan maju sebagai calon wakil Bupati Gianyar mendampingi calon Bupati Gianyar Made Mahayastra. “ Tidak ada kaitan dengan pilkada, ini hanya karena pohon sudah tua, “ katanya.

Namun Agung Bharata mengaku merasa senang, karena dibawah pohon ini tumbuh dua pohon sejenis. Ia pun menganggap dua pohon yang baru tumbuh itu, sebagai regenerasi kepemimpinannya. “ Aneh juga, seharusnya bibit baru tumbuh di sekitar buah sawo itu jatuh. Tapi pohon yang baru justru tumbuh dekat batang, persis di pangkal pohon,” ujarnya.

Baca juga:  Karena Ini, Kesehatan Anggota Polda Bali Dicek

Ia juga mengaku Pohon Sawo Pecik merupakan lambing kekuasaan. Dahulu dimanapun tumbuh pohon ini selalu merupakan pusat pemerintahan. Namun saat kembali disinggung merasakan keanehan pada pohon ini, Bupati Bharata mengaku belum pernah merasakan, namun dikatakan warga lainya mengaku pernah melihat sesosok orang berperawakan tinggi hitam. “Tapi itu cerita warga ya, kalau saya sendiri belum pernah melihat, “ tandasnya. (manik astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *