kejang
Putu Ciltabi Antari. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Putu Ciltabi Antari pasrah digendong neneknya saat melakukan pemeriksaan laboratorium di RSUP Sanglah Jumat (2/2). Anak berusia 5,5 tahun ini tak dapat mengeluarkan kata-kata, berjalan bahkan duduk pun tak mampu. Tubuhnya mungil, kakinya kurus, kepalanya membesar.

Putu Ciltabi merupakan anak dari pasangan I Gede Juniantara (25) dengan Ni Wayan Artini. Terlahir dari keluarga tidak mampu, Ciltabi menderita hydrocephalus sejak kecil. Gede Juniantara menuturkan, sejak dilahirkan, Ciltabi mengalami panas tinggi hingga 39 derajat.

Dari RSUP Sanglah, Ciltabi dibolehkan pulang dengan dibekali obat penurun panas. Tidak ada pesan khusus yang diberikan untuk penanganan kesehatan Ciltabi. Juniantara pun mengajak Ciltabi pulang ke Karangasem. Ternyata sesampainya di rumah, Ciltabi mengalami kejang. Juniantara pun melarikan Ciltabi ke RSUD Karangasem. “Panasnya tinggi, kejang, badannya kaku seperti batu. Di RSUD Karangasem dirawat seminggu,” ujarnya.

Baca juga:  Obama Kunjungi Pura Tirta Empul Tampaksiring Bali

Juniantara lalu merujuknya ke RSUP Sanglah. Di RSUP Sanglah, Ciltabi dikatakan mengalami mati suri. Ia terperangah mendengar kabar tersebut. Ia tidak menyangka, anak pertamanya mengalami nasib seperti itu.

Pasca dari mati suri, penderitaan Ciltabi belum berakhir. Juniantara mendapati kepala anaknya lembek. Setelah di CT Scan di RSUP Sanglah, Ciltabi dikatakan mengalami hydrochepalus dengan suspect meningitis. Juniantara yang berasal dari Desa Tiing Tali, Kecamatan Abang, Karangasem ini pun telah melakukan operasi sebanyak 4 kali pada Ciltabi guna mengeluarkan cairan dari kepalanya.

Baca juga:  Komit Turunkan Angka Balita Stunting, Pj. Ketua TP PKK Bali Sambangi Tabanan

Bahkan hingga kini, kepala Ciltabi masih dipasangi selang hingga ke perut.
Catatan imunisasinya lengkap. Begitu juga istrinya saat mengandung telah mendapatkan imunisasi. Saat istrinya hamil, tidak ada gejala yang menunjukkan anaknya akan terlahir tidak normal. Ia baru mengetahui anaknya suspect meningitis saat di RSUD Karangasem. “Disana dibilang terlambat penanganannya. Waktu di Sanglah belum kejang, tapi hanya sebatas demam,” tuturnya.

Penanganan di RSUD Karangasem pun tidak maksimal karena hanya ada satu dokter spesialis anak, sehingga jarang visite.
Demi memudahkan pengobatan Ciltabi, Juniantara memutuskan tinggal di Intaran, Sanur Denpasar. Ciltabi kini menjalani fisioterapi di RSUP Sanglah rutin. Untuk menyambung hidup dan demi pengobatan Ciltabi, Juniantara bekerja sebagai karyawan di perusahaan.(citta maya/balipost)

Baca juga:  Batasi Konsumsi 4 Jajanan Ini, Jika Tak Ingin Balita Alami Obesitas
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *