Sarang walet di Nusa Penida yang dikelola PDNKK. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Nasib Perusahaan Daerah Nusa Kertha Kosala (PDNKK) Klungkung terkesan terkatung-katung. Pada tahun anggaran 2017, sumbangan pendapatan perusahaan yang berdiri 1984 ini ke daerah nyaris nihil.

Keuntungan yang didapatkan hanya cukup untuk menutupi biaya operasional yang mencapai puluhan juta per bulan. Direktur PDNKK, I Wayan Sukadana, Senin (8/1) menjelaskan kondisi perusahaannya tergolong stagnan. Sumbangan pendapatan ke daerah hanya berasal dari usaha sarang burung walet di Nusa Penida.

Baca juga:  Trotoar Jebol Bahayakan Pengguna Jalan

Jumlahnya pun sangat sedikit, yakni Rp 2,7 juta. Sementara dari percetakan dan penjualan Alat Tulis Kantor (ATK) masih nihil. “Malu saya bilang. Kontribusinya ke daerah sangat sedikit. Perusahaan stagnan,” ungkapnya.

Sulitnya pengembangan perusahaan ini disebabkan minimnya permodalan. Keuntungan yang didapatkan hanya fokus untuk menutupi biaya operasional yang setiap bulan mencapai Rp 22 juta lebih.

Selain itu, cash flow perusahaan juga berjalan lambat. Seperti halnya percetakan dan ATK, pembayarannya oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Klungkung berlangsung tiga hingga enam bulan sekali, sesuai Surat Perjanjian Kontrak (SPK). “Karena cash flow-nya seperti itu, untuk biaya operasional terpaksa mengumpulkan dari keuntungan,” terangnya.

Baca juga:  Tambahan Masih Seratusan Kasus COVID-19, Bali Juga Sudah 5 Hari Laporkan Korban Jiwa

Supaya situasi itu tak terus berlanjut, pihaknya sempat memiliki keinginan untuk mengusulkan adanya penyertaan modal ke pemkab. Namun dengan kondisi perusahaan yang goyah dan penjualan cenderung merosot, hal tersebut diperlukan kajian lebih mendalam. “Arah memohon penyertaan modal, ada. Tetapi, Kalau penjualan belum pasti dan merosot, berapa ada modal, pasti habis,” ucap pria yang juga sebagai Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Klungkung ini.

Baca juga:  "Hidup" Kembali, Asap di TPA Sente Dikeluhkan

Menurutnya, upaya pengembangan juga perlu dilakukan dengan restrukturisasi perusahaan. Dalam artian, perusahaan yang dikembangkan harus benar-benar mampu memberikan pemasukan yang stabil, seperti city tour dan pengelolaan parkir. “Ini sempat disampaikan pak bupati. Kami memandang memang perlu ada restrukturisasi,” ungkapnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *