JAKARTA, BALIPOST.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Farida Moeloek mengungkapkan alasan terjadinya peningkatan kasus Difteri selama kurun waktu 4-5 tahun terakhir. Yakni tidak melakukan imunisasi Difteri,Tetanus, dan Pertusis (DTP). Berbagai alasan tidak dilakukannya imunisasi, misalnya saja takut anak menjadi demam.

Pernyataan ini disampaikan Menteri Nila ketika melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso di Jakarta. “Jadi ini kelihatan sekali, mengapa meningkat 4-5 tahun terakhir, kemungkinan banyak yang tidak melakukan imunisasi dan terjadi akibat daya tahan tubuh turun. Kita bisa melihat kuman datang dan terjadilah penyakit difteri,” kata Menkes.

Baca juga:  Jokowi dan Kaesang Hadiri Konsolidasi Nasional Relawan Alap-alap

Menkes menyebutkan, di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso sendiri terdapat sebanyak 33 pasien yang dirawat dan secara klinis diduga terkena Difteri. Sebanyak 22 orang adalah anak-anak dan 11 orang lainnya adalah orang dewasa. Pasien-pasien tersebut berasal dari DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor dan Depok.

“Kalau dilihat anak-anak ini berusia satu sampai dengan empat tahun, itu juga dilakukan suatu surveilans dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merupakan anak yang antibodinya rendah yaitu 60 persen, sedangkan anak yang lebih tua itu lebih tinggi (antibodinya). Sedangkan 11 orang dewasa terdampak akibat daya tahan tubuh turun,” tukas Menkes.

Baca juga:  Dua Menteri Sebut Bali Lokasi Tepat Dibangunnya Pusat Kesehatan Internasional

Lebih lanjut Menkes jelaskan, pemberian Imunisasi DPT sendiri di Indonesia baru dilakukan sekitar 1977, sehingga ada kemungkinan terjadi pada orang dewasa yang lahir sebelum tahun tersebut karena belum diberi imunisasi. Sedangkan yang sudah terkena Difteri, diharuskan menjalani pengobatan awal selama 10 hari untuk diberikan antibiotik.

Sebagai salah satu upaya penanggulangan dan pencegahan, pada Senin (11/12), pemerintah menyelenggarakan program Imunisasi Tanggap Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Outbreak Respons Immunization (ORI) untuk menangani wabahnya penyakit Difteri serentak di 12 kabupaten-kota pada Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta.

Baca juga:  Tujuh Provinsi Masuk Rawan Varian Delta

Kabupaten-kota tersebut antara lain Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Utara, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan. (kmb/balitv)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *