Petugas kepolisian melakukan investigasi terkait keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa SMPN 3 Petang. (BP/ist)
MANGUPURA, BALIPOST.com – Keracunan makanan secara massal berulangkali terjadi di Badung. Terakhir, siswa SMPN 3 Petang yang keracunan.

Jumlah siswa yang terkena mencapai puluhan orang. Kondisi ini pun mengundang reaksi kalangan wakil rakyat di DPRD Badung. Mereka menilai lemahnya pengawasan oleh pihak sekolah mengakibatkan hal ini terjadi.

Luh Gde Mediastuti, Anggota Komisi IV DPRD Badung, Selasa (5/12), mengatakan pengawasan terhadap makanan yang beredar di sekolah harus ketat. “Ini kah masalah pengawasan. Tingkat kebersihan seperti apa. Ini harus benar-benar diawasi,” katanya.

Dia berharap, kejadian serupa tidak terulang kembali. Sebab, akan berpengaruh terhadap psikologi anak didik. Jangan sampai sekolah tak berperan dalam mengawasi higenisitas kantin sekolah. “Saat berada disekolah, pihak sekolah bertanggungjawab penuh dengan kondisi siswa, termasuk makanan yang dikonsumsi siswa di kantin sekolah,” katanya.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Masih di Atas 6.000

Senada dikatakan, I Nyoman Sentana. Anggota Fraksi Gerindra DPRD Badung ini meminta pengawasan sekolah harus lebih ketat. “Sekolah harus memastikan makanan yang dijual di kantin bersih. Terlebih, namanya di desa, nasi kemarin yang tak habis terjual, dijual kembali. Ini kan butuh pengawasan jangan sampai terjadi seperti ini,” terangnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Badung, dr. I Gede Putra Suteja mengatakan, selain mengambil sampel makanan, pihaknya juga telah menugaskan tim ke sekolah terutama kantin sekolah SMPN 3 Petang. “Tim sudah turun ke lokasi, tim memberikan penyuluhan bagaimana menyajikan makanan yang sehat dan bersih,” terangnya.

Baca juga:  DPRD Badung Kecewa, Internet Gratis Tak Berfungsi Maksimal

Siswa yang menjadi korban keracunan makanan yang sempat mendapatkan pertolongan medis, baik di puskesmas maupun di RSUD Mangusada Badung telah dipulangkan.

Sementara, Kepala SMPN 3 Petang Ketut Sueta, mengaku belum mendapat kepastian penyebab 38 siswanya mengalami gejala mirip keracunan, yakni mual-mual, pusing dan muntah-muntah. Kalau dibilang karena makan nasi bungkus, katanya, seharusnya bukan cuma murid yang dilarikan ke puskesmas maupun rumah sakit. Tapi juga guru karena ikut makan di kantin sekolah. “Terus terang saya masih merasa ada yang ganjil. Karena guru juga makan di kantin, semestinya mereka (guru, red) juga kena. Saya sama sekali tidak menduga kejadian ini. Tapi syukurlah semua siswa sudah masuk sekolah,” ungkapnya. (Parwata/balipost)

Baca juga:  PDIP Badung Rombak Alat Kelengkapan DPRD
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *