GM Grand Istana Rama Hotel, Adi Soenarno bersama manajemen mengunjungi Kantor Bali Post, Selasa (5/12). (BP/kmb)
DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaku pariwisata tak melulu mengurusi sektor hospitality. Budaya pun ikut menjadi fokus para pelaku pariwisata karena budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari industri ini, terlebih di Bali. Demikian dikemukakan GM Grand Istana Rama Hotel, Adi Soenarno, Selasa (5/12), saat berkunjung ke Kantor Bali Post didampingi jajaran manajemen Grand Istana Rama Hotel.

Menurut Adi, Grand Istana Rama Hotel sendiri selalu berupaya memberikan dukungan terhadap penguatan budaya di Bali. Sejumlah kegiatan budaya kerap digelar di hotel yang berlokasi di Jalan Pantai Kuta itu.

Baca juga:  Perang Lawan Corona

Terbaru, pada Desember ini, ia mengatakan Grand Istana Rama Hotel akan menggelar pameran buku. Kerjasamanya dengan sejumlah percetakan dan penerbit buku serta kalangan pelaku pariwisata. “Kami ingin memulai untuk memperlihatkan bahwa hotelier (kalangan pelaku perhotelan, red) tak hanya mengurus soal hospitality tapi juga ada bidang lain yang menjadi perhatian,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan tingkat okupansi di area Kuta mengalami penurunan akibat meningkatnya aktivitas Gunung Agung. Di Grand Istana Rama Hotel sendiri, okupansi mencapai 40 persen dari normalnya di angka 80 persen. “Terjadi penurunan dalam beberapa hari terakhir karena aktivitas Gunung Agung,” sebutnya.

Baca juga:  Kembangkan Health Tourism, Kemenpar Kunjungi RSUP Sanglah

Ia mengaku okupansi di hotel yang dikelolanya cukup baik jika dibandingkan sejumlah hotel yang tingkat okupansinya berada di level 1 digit. Kondisi ini tidak terlepas dari masih adanya wisatawan dari Australia yang “bandel.”

Ditambahkan Director of Sales & Marketing Grand Istana Rama Hotel, Abdurrochman, Grand Istana Rama selama ini juga tidak tergantung dengan wisatawan dari Cina yang umumnya datang berombongan. Sehingga jika saat ini terjadi banyak pembatalan kedatangan wisatawan Cina, Grand Istana Rama tidak terlalu merasakan imbasnya.

Baca juga:  Kemenpar Gandeng Telkomsel Promosikan Bali Baru

“Kalau saat ini, wisatawan Cina yang banyak batal ke Bali. Mereka itu biasanya datang berombongan, sehingga ketika batal, otomatis hotel yang sudah dibooking rombongan tersebut mengalami penurunan tingkat okupansi yang cukup drastis. Bahkan ada yang kosong karena mengandalkan kedatangan rombongan wisatawan Cina. Sedangkan untuk Grand Istana Rama, umumnya wisatawan yang menginap asal Australia,” paparnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *