Trade Expo Indonesia 2017. (BP/ist)
BAKU, BALIPOST.com – Promosi Indonesia melalui Indonesia Cultural Festival (ICF) di Baku Azerbaijan meraih hasil menggembirakan. Acara pertunjukan seni budaya di Heydar Aliyev Sarayi ditonton lebih dari 1.000 orang. Dan 2.000 kaos untuk peserta fun walk dan bazar di tepian laut Kaspia juga ludes.

Selain itu, Bulan Oktober mendatang, sekitar 15-20 orang pengusaha dari berbagai bidang di Azerbaijan akan berkunjung ke Indonesia. Mereka akan melihat peluang investasi di pameran Trade Expo Indonesia (TEI).

Sejumlah pengusaha Indonesia dari berbagai sektor juga berhasil membuat komitmen bisnis dengan pengusaha-pengusaha Azerbaijan. Kesepakatan tersebut berlangsung saat business meeting antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha Azerbaijan.

Fuad Necefov, pemilik Green Wood Furniture yang memiliki cabang di semua kota di Azerbaijan mencari supplier dari Indonesia. Orkhan Babayev dari K-Food, jaringan supermarket di Azerbaijan, ingin mendapat suplai barang-barang dari Indonesia.

Sedangkan Tural Aliyev, pemilik perusahaan perhiasan dan aksesoris wanita BLISS, yang selama ini mendapat suplai dari negara lain, setelah melihat contoh produk, ingin beralih ke Indonesia.

Decca Evry Nugroho, dari PT Jala Fabrikasi Kencana yang memiliki sejumlah anak perusahaan, menyambut baik berbagai kemungkinan kerjasama bisnis dengan pengusaha Azerbaijan itu. Mulai bisnis atau investasi di property, perhiasan, minyak hingga pasar produk rempah yang bisa disuplai dari Indonesia.

Usai business meeting, para pengusaha Indonesia yang dikordinir oleh Decca juga langsung melihat tempat workshop perusahaan furniture besar di Baku yang menginginkan suplai produk-produk furniture dari Indonesia.

Baca juga:  Puluhan Pedau Adu Cepat di Danau Buyan

Untuk kepentingan ini pula, sejumlah pengusaha memperpanjang waktu tinggal di Baku hingga 16 September. Sedangkan rombongan pendukung Indonesia Cultural Festival 2017 di Baku, sudah kembali tanggal 13 September.

“Kita akan kongkretkan saat mereka ke Indonesia. Semoga semuanya lancar. Terima kasih untuk Pak Dubes Husnan Bey Fananie dan Tim KBRI Baku yang memfasilitasi pertemuan dengan para pengusaha di Azerbaijan,” tegas Decca.

Sedang di bidang pariwisata, sejumlah biro travel menyatakan komitmen untuk mengirim wisatawan ke destinasi-destinasi Indonesia. Utamanya paket-paket wisata keluarga. Tiga pengusaha di bidang pariwisata yakni Alovshat ( Halal Travel), Amin Aliyev dan Elgun (Baku Tours) serta Vusal Suleymanov (pemilik Life Travel dan alat pembayaran/ payment gateway) hadir dalam pertemuan.

Pemilik Baku Tours, Emin Aliyef, biro perjalanan di Azerbaijan sangat antusias dengan tawaran paket wisata keluarga maupun wisata alam, khususnya pantai. Dia mengatakan pangsa pasarnya tidak hanya warga Azerbaijan melainkan juga negara-negara tetangga yang selama ini tidak punya laut.

Penandatanganan MoU pun berlangsung antara Baku Tours dengan tour agent Indonesia: Madina Barokah Tour and Travel serta Asian Integrated Training Network (AIT Network).

AIT Network selama ini melayani wisatawan dari Asia Selatan dan Tenggara seperti Srilanka, Bangladesh, Thailand dan Vietnam. Promosi yang dilakukan pemilik AIT Network Wijayanto di ICF ke-2 ini sangat menarik.

Dengan mengenakan pakaian Melayu, Wijayanto menggelar Peta Indonesia ukuran besar. Ia pun bercerita mengenai pantai-pantai yang indah, warga yang ramah serta luas dan beragamnya Indonesia. Sesekali Wijayanto menyampaikan pertanyaan dan yang bisa menjawab dia beri hadiah.

Baca juga:  Pemprov Raih WTP Sepuluh Kali, Ketua BPK RI Apresiasi Gubernur Koster

Duta Besar Republik Indonesia untuk Azerbaijan Husnan Bey Fananie mengungkapkan nilai ekspor Indonesia meningkat dua kali lipat lebih pada dua tahun masa kerjanya di Azerbaijan.

“Dari USD 19 juta di tahun 2015 menjadi USD 46 juta di tahun 2016. Sebagaimana yang dicatat dan dilaporkan Azerbaijan State Statistical Committee,” tegas Doktor lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogya ini.

Dubes Husnan juga menyampaikan, dalam lima tahun terakhir pihaknya mencatat ada 40 kunjungan delegasi resmi antar kedua negara. Tidak termasuk kunjungan pelajar, mahasiswa, akademisi, dan kalangan dunia usaha.
Semua menunjukkan hangatnya hubungan persaudaraan antara kedua negara dan masyarakatnya.

Dubes Husnan juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua tim pendukung Indonesia Cultural Festival (ICF) ke-2 ini. “Rangkaian acara yang luar biasa dari tanggal 6 hingga 12 September. Kalian semua gila, sudah membuat Indonesia berkibar mewarnai Azerbaijan,” ungkap Husnan saat malam perpisahan dengan Tim dari Indonesia.

Husnan menyebut Tim Kabupaten Lahat hebat. Penarinya tak pernah berhenti diajak foto dengan pakaian adatnya. Juga penari dari sanggar yang ikut di ICF ini. Tim mural juga. Sampai diajak berkolaborasi dengan seniman mural di Baku. Grup musik KunoKini juga oke bisa menghidupkan suasana saat acara di Tepi Laut Kaspia. Tim seminar Multikultural juga mendapat respons yang luar biasa.

Baca juga:  Tampil di MIHAS 2017, Indonesia Menuju Kiblat Wisata Halal Dunia

“Belum pernah terjadi yang seperti ini. Kedutaan negara lain pun banyak yang memuji ICF ini. Terima kasih semuanya. Terima kasih Tim Daya, JFK, mas Decca dan kawan-kawan. Semoga tahun depan lebih meriah. Kita goyang lagi Azerbaijan,” tandas cucu salah satu pendiri Pondok Modern Gontor ini.

Menpar Arief Yahya memuji langkah forum investment meeting yang membuka opportunity berkolaborasi dengan pelaku bisnis di tanah air. Dia mengingatkan bahwa investasi di sektor pariwisata saat sedang menarik di Indonesia. “Bukan hanya services seperti travel agent, yang sekarang sudah jauh lebih mudah dengan menggunakan digital, tapi ada banyak peluang bisnis lain,” kata Arief Yahya.

Misalnya bidang properti, tetapi based on tourism, seperti berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata? Membangun amenitas dan atraksi, seperti hotel, resort, restoran, theme park, dan lainnya. “Mereka bisa membawa market dari negara-negara bekas Soviet untuk berwisata di Indonesia,” kata Arief Yahya.

Dalam meng-create bisnis berbasis services, kata Arief Yahya, hanya ada 3, yanh biasa dia singakat dengan istilah TTI. Tourism, Trade, Investment. “Pariwisata atau tourism di depan, karena pola hubungan people to people connection jauh lebih kuat daripada organisasi, perusahaan atau bahkan negara. Tourism itu lebih ke people to people connection, baru masuk ke trade, dan investment,” ucapnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *