Belerang
Kini giliran ikan-ikan di keramba milik petani ikan di Desa Terunyan, Bantur, Kintamni yang mati akibat semburan belerang yang semakin meluas. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Semburan belerang di Danau Batur, Kintamani semakin meluas. Setelah ribuan ekor ikan mati di Banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding yang mengakibatkan estimasi kerugian hingga miliaran rupiah, kini giliran ikan-ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) milik petani ikan di Desa Terunyan juga mati akibat semburan belarang ini.

Petani ikan di desa tersebut hanya bisa pasrah melihat ikan-ikan yang sudah layak panen maupun bibit mengambang di air danau dekat keramba. Estisimasi kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

Salah seorang petani Ikan di Desa Terunyan, Batur, Kintamani, I Nengah Guantara mengungkapkan, semburan belerang di wilayah Terunyan terjadi sejak dua hari lalu. Kata dia, hampir semua ikan yang berada di KJA milik dirinya beserta petani ikan yang lainnya mati akibat semburan belarang tersebut. “Ikan-ikan yang ada di masing-masing keramba hampir semuanya mati. Termasuk bibit-bibit ikan juga ada yang mati akibat fenomena semburan belarang ini,” ungkap Guantara, Minggu (16/7).

Baca juga:  Dimulai, Penyaluran Soal USBN SMP

Guantara menambahkan, ikan-ikan yang mati jumlahnya mencapai tonan. Ikan yang ada di masing-masing lubang hampir semunya mati. Kata dia, setiap lubang berisi sekitar 1000-1500 ekor ikan. Jadi, sekarang dikalikan puluhan keramba yang ada, maka ikan yang mati mencapai tonan.

“Ikan-ikan yang memang sudah layak panen. Tetapi ada juga baru bibit juga ikut mati. Atas kondisi ini untuk saya sendiri mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. Sementara kalau dikalkulasikan secara menyeluruh dengan umlah keramba yang ada kerugian mencapai ratusan juta rupiah,” tegas Guantara.

Lebih lanjut dikatakannya, mengingat ikan-ikan di keramba sudah mati, kini dirinya bersama petani ikan lainnya sudah mengangkat bangkai ikan untuk dibuang. Namun, masih ada beberapa ekor bangkai ikan yang masih mengambang di tengah danau maupun di pesisir danau.

Baca juga:  Vaksinasi di Buleleng di Bulan Februari

“Ikan yang mati di dalam keramba sudah kita angkat untuk dibuang. Tapi masih ada beberapa bangkai ikan mengapung di danau dan dipesisir,” tegas Guantara sembari menyatakan dirinya hanya bisa pasrah dengan kondisi ini. Karena semburan belerang ini merupakan fenomena alam.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sukartana mengatakan, semburan belerang di Danau Batur terjadi sejak 12 Juli lalu. Kata dia, atas kondisi itu pihaknya  sudah melakukan upaya pengawasan termasuk memeriksa kadar air danau di dua lokasi pada Kamis (13/7) lalu.

Hasilnya, air yang diambil di Desa Kedisan mengandung  Dissolved Oxygen (DO) 6, 47, suhu 25 derajat celcius, PH 5 dan mengandung sulfur 0,04. Sedangkan di Abang Batu Dinding air mengandung DO 3,suhu 25,0 derajat celcius, PH 5 dan sulfur 0,08. “Dari hasil tersebut, kondisi oksigen dalam air sangat rendah.  Kandungan  air di bawah normal dengan kandungan sulfur yang tinggi. Jadi inilah yang menyebabkan ikan-ikan di danau dan keramba milik petani mati,” katanya.

Baca juga:  Nelayan di Ujung Paceklik Tangkapan Ikan

Sukartana menambahkan, untuk menghindari kematian ikan yang terus berlanjut, pihaknya meminta supaya segala aktivitas dalam danau agar dikurangi. Pihaknya juga meminta supaya warga terus melakukan pemantauan arah belerang. “Jika memang memungkinkan KJA yang belum terkena belerang agar dilakukan panen ikan lebih awal sehingga mengurangi kerugian,” harap Sukartana. (eka prananda/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *