TABANAN, BALIPOST.com – Penggalangan dana melalui pelaksanaan lomba ceki tampaknya mulai ‘latah’ dilakukan sejumlah kalangan di Kabupaten Tabanan. Pasalnya, permainan kartu yang paling populer di masyarakat Bali ini sudah mentradisi dan tidak bisa lepas dari kehidupan krama Bali.

Seperti yang dilakukan Paguyuban Bhaskara Suci Kubontingguh (BSC), Minggu (16/7) di wantilan Desa Denbantas, Tabanan. Kegiatan tersebut juga rangkaian Hari Jadi Paguyuban Bhaskara Suci Kubontingguh (BSC) serta sebagai penunjang dana kegiatan komunikasi dalam keikutsertaan BSC mewujudkan visi misi Tabanan yaitu Tabanan Serasi.

Baca juga:  Kebersihan Objek Wisata Menjadi Sorotan

Ketua panitia lomba Gusti Putu Widianata menyampaikan para peserta hanya membeli tiket lomba seharga Rp. 100 ribu, dengan menjaring peserta sebanyak 125 orang. Dan memperebutkan total hadiah sebesar Rp. 4 Juta.

Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya yang hadir dalam kegiatan tersebut sangat mengapresiasi peran aktif Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat (Formi) Bali beberapa tahun lalu karena telah mempopulerkan ceki sebagai olahraga rekreasi, sehingga “meceki” tidak lagi dipandang negatif. Dan sejak saat itulah, lomba ceki terus menggaung di kalangan masyarakat sebagai salah satu ajang penggalian dana.

Baca juga:  Tak Kantongi Izin, Turnamen Ceki Diberhentikan Sementara

Menurut Wabup Sanjaya, selama ini ceki selalu memiliki konotasi negatif dikalangan masyarakat. Padahal kalau ditelisik lebih jauh, ceki tidak identik dengan judi, selama permainan itu dilakukan tidak memakai taruhan.

Bahkan bermain ceki sudah dilakukan oleh masyarakat Bali sejak beberapa puluh tahun dan sudah merupakan salah satu kearifan lokal yang mesti dilestarikan. Permainan ceki merupakan olah raga rekreasi, bukan prestasi.

Wabup Sanjaya meminta agar masyarakat untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap olah raga rekreasi yang satu ini. Dengan pemahaman yang benar, meceki tidak lagi dipandang sebagi sebuah permainan yang sarat judi melainkan permainan yang sangat menghibur.

Baca juga:  Audiensi dengan Forkompinda, Wabup Tabanan Paparkan Kesakralan Karya Agung Pengurip Gumi

“Permainan ceki ini sudah menjadi kearifan lokal. Ini bukan judi selama dilakukan tanpa menggunakan taruhan,” tegasnya.

Selama ini permainan ceki biasanya dimainkan oleh warga saat ada hajatan, hari raya, dan terutama saat megebagan (begadang di rumah keluarga/tetangga yang sedang berduka). Tetapi permain ceki juga sering dimainkan oleh warga mengisi waktu luang sebagai hiburan dan dimainkan antar tetangga terdekat. Tapi sekarang sudah mulai bergeser untuk kegiatan penggalangan dana. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *