petani
Petani di Desa Bayunggede, Kintamani, Bangli harus membeli air bersih dengan mobil tanki ketika musim kemarau untuk menyiram tanaman hotikultura yang meraka tanam. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Para petani di Desa Bayunggede, Kintamani, ketika memasuki musim kemarau mengalami krisis air untuk memenuhi lahan pertanian. Guna mengantisifasi kekeringan lahan pertanian, petani terpaksa membeli air tangki untuk menyiram komoditi tanaman holtikulturan yang mereka tanam.

Salah seorang petani di Desa Bayunggede, Kintamani, Bangli, Minggu (11/6) Wayan Widya mengatakan, ketika memasuki musim kemarau petani memang mengalami krisi air untuk menyiram lahan pertanian mereka yang ditatami tanaman holtikultura. Kata dia, untuk mengantisifasi kekeringan tersebut, pihaknya harus membeli air lewat mobil tanki untuk menyiram tanaman mereka.

Baca juga:  Konjen Australia Rayakan Hari Perempuan Internasional

“Krisis air bersih selalu terjadi ketika memasuki musim kemarau. Namun, ketika musim hujan masih, kami memakai ai hujan untuk menyiram tanaman. Dan ketika air hujan habis, maka kami membeli air bersih lewat mobil tanki,” ungkap Widya.

Widya mengatakan, ketika musim kemarau, pihaknya bisa saja membali air bersih sampai 4 kali dengan harga per tanki mencapai Rp 180 ribu. Dengan begitu, biaya untuk membeli air bersih untuk memenuhi pertanian cukup besar. “Kebutuhan air untuk lahan pertanian memang tinggi. Bahkan air bersih untuk MCK tidak sebanyak air untuk pertanian,” tandas pria yang juga sebagai Ketua Badan Pemberdayaan Desa itu.

Baca juga:  Bantu Petani dan Pedagang, Guru Se-Gianyar Belanja Hampir Setengah Miliar Rupiah

Disinggung apakah tidak ada sumber mata air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pertanian ketika musim kemarau tiba, Widaya mengakui memang sumber mat air ada di desanya. Hanay saja, lantaran jarak yang sangat jauh untuk memakai air tersebut.

“Kalau mengandalkan sumber air tersebut amsih kurang. Apalagi debit air yang keluar kalau musim kemarau cukup kecil. Sehingga tidak mencukupi untuk itu apalagi warga enggan mengambil air tersbeut, lantaran lokasinya cukup jauh di bawah,” papar Widya. (eka prananda/balipost)

Baca juga:  Karangasem Butuh Lebih Banyak Event Tetap Untuk Tingkatkan Kunjungan wisatawan  
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *