konser
Desa Adat Renon menggelar konser mini Bali Tolak Reklamasi. (BP/ist)
DENPASAR, BALIPOST.com – Perjuangan rakyat Bali untuk menolak reklamasi Teluk Benoa sudah berjalan 4 tahun. Perjalanan yang cukup panjang untuk sebuah gerakan rakyat. Untuk tetap menggelorakan semangat dalam perjuangan, Desa Adat Renon menggelar Konser Mini pada Minggu  28 Mei 2017 bertempat di Wantilan Sewaka Prema Desa Adat Renon.

Pergelaran tersebut di isi oleh musisi-musisi Tolak Reklamasi antara lain Tuedi and Friends, Rocknead, Sepatu Baja, The Bullhead, The Ledorz, Masekepung, The Dissland, Gold Voice dan band punk dari Malang, Antiphaty.

Baca juga:  Desa Adat Kapal Gelar "Perang Ketupat"

Bendesa Adat Renon, I Made Sutama BE dalam sambutannya menyampaikan, masyarakat khususnya generasi muda di Desa Adat Renon harus terus berjuang tanpa kenal lelah dan mendukung sikap Desa Adat Renon yang telah menolak dengan tegas reklamasi Teluk Benoa. “Reklamasi Teluk Benoa hanya akan mendatangkan lebih banyak dampak negatif bagi Pulau Bali sehingga generasi muda harus terus tanpa kenal lelah berjuang menolak reklamasi”, ujarnya.

Catur, vocalis dari Antiphaty band punk asal Malang yang tampil bersolidaritas pada acara ini menyampaikan bahwa Antiphaty ikut serta tampil dalam konser mini sebagai bentuk dukungan mereka terhadap perjuangan rakyat Bali. “Pemerintah sudah seharusnya mendengar aspirasi rakyatnya, walaupun kami dari Jawa namun kami peduli untuk bersolidaritas mendukung rakyat Bali menolak proyek yang akan menghancurkan alam dan budaya salah satu pulau terindah ini”, pungkasnya.

Baca juga:  Sehari Jelang Ijin Lokasi Berakhir, Koster-Ace Nyatakan Reklamasi Teluk Benoa Tak Bisa Dilaksanakan

Sedangkan Wayan Gendo Suardana, Koordinator Umum ForBALI saat mendapat kesempatan berorasi menyatakan bahwa pelaksanaan konser mini kali ini juga untuk menghormati almarhum Dede, salah seorang pemuda Renon yang aktif dalam perjuangan tolak reklamasi. Almarhum Dede menyampaikan pesan kepada orang tuanya agar kawan-kawannya jangan sampai berhenti memperjuangkan penolakan reklamasi Teluk Benoa sampai dibatalkannya Perpres 51 tahun 2014.

Perjuangan ini sudah 4 tahun dan banyak mengalami intimidasi bahkan penyusupan yang dilakukan untuk memecah belah gerakan kita. Namun soliditas kita telah teruji untuk tetap bergerak, perjuangan ini harus terus digelorakan” tutupnya. (kmb/balipost)

Baca juga:  Peningkatan Aktivitas Gunung Agung, Pariwisata Gianyar Terdampak Signifikan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *