Jatiluwih
Suasana di Jatiluwih. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Upaya mempromosikan keberadaan DTW Jatiluwih, akan digelar festival pertanian 2017. Untuk lebih mendekatkan kepada wisatawan, mereka akan dilibatkan dalam berbagai event dalam festival tersebut. Seperti memasang lelakut, membajak sawah dan panen. Kegiatan diawali dengan free event, Sabtu (22/4).

Manajer DTW Jatiluwih I Nengah Sutirta Yasa, SE., Rabu (19/4) mengungkapkan festival yang baru pertama kalinya digelar ini juga untuk mengembangkan desa-desa penyangga Jatiluwih dan kawasan Catur Angga Batukaru. Sutirta menjelaskan, secara keseluruhan festival ini akan digelar selama empat bulan.

Mengawali festival tersebut akan berlangsung kegiatan pemasangan lelakut dan kincir angin dari masing-masing subak di Jatiluwih. Adapun kegiatan lainnya diantaranya ritual Ngusaba Subak, parade pertanian subak Catur Angga, karnaval STT, pentas tarian, bazzar kuliner, parade subak hingga kemah budaya.

Baca juga:  Persawahan Subak Bolangan Alih Fungsi ke Cengkeh
Sutirta Yasa menegaskan, sesuai dengan salah satu tujuannya yakni untuk melestarikan budaya lokal maka seluruh kegiatan yang digelar dalam festival ini akan sangat kental dengan nilai budaya lokal. Selain juga bernilai edukasi, terutama edukasi terhadap dunia pertanian.

Hal ini akan divisualisasikan melalui fragmentari tentang kehidupan di sawah dengan melibatkan krama subak. Tema yang akan ditampilkan masing-masing subak dibagi 4 kelompok dari 20 subak caturangga yakni pengolahan lahan pertanian(metekap), penanaman (ngurit), perawatan (masang lelakut), panen (manyi) menggunakan Ani-ani, aktivitas ini yang akan melibatkan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata jatiluwih.

Ditambahkannya, dalam festival yang rencananya akan dibuka Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti pertengahan bulan Juni itu akan ditandai nebug lesung yang melibatkan masyarakat dan wisatawan secara langsung. Keterlibatan masyarakat dan wisatawan secara langsung tersebut diantaranya melalui kegiatan atraksi membajak dan menangkap belut.

Kepala Dinas Pariwisata Tabanan, I Made Yasa berharap kegiatan ini bisa dilakukan berkelanjutan, sehingga bisa menjadi museum hidup. Dan selain bisa meningkatkan kunjungan wisata sekaligus bisa meningkatkan kontribusi PAD yang secara otomatis bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. “Atraksi proses tanam sampai panen dengan cara tradisional warisan nenek moyang bisa menjadi moment yang ditunggu wisatawan,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *