Dharmasanti Nasional Nyepi
Untung Yoga Ana. (BP/ist)
JAKARTA, BALIPOST.com – Presiden Joko Widodo dijadwalkan menghadiri pelaksanaan Dharmasanti (silaturahmi) Nasional Hari Raya Nyepi tahun Saka 1939 yang diselenggarakan Sabtu (22/4) di GOR Mabes TNI Cilangkap. Ketua Umum Panitia Nasional Perayaan Nyepi Saka 1939 tahun 2017, Irjen Pol Drs. I Ketut Untung Yoga menjelaskan Dharmasanti merupakan momentum dalam menjalin kebersamaan umat Hindu dengan umat beragama lain.

“Kehadiran Presiden dan stakeholders lainnya sangat diharapkan umat Hindu dalam menguatkan kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Untung Yoga Ana dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (19/4).

Dia menjelaskan Dharmasanti Nasional tahun ini akan dihadiri 3.000 umat Hindu dari berbagai daerah. Selain Presiden Joko Widodo yang didaulat memberi sambutan, umat sedharma juga akan mendengar dharma wacana rohani dari Prof.Dr. Ida Bagus Yudha Triguna.

Acara juga akan dimeriahkan tari Sri Kamelawi dan hiburan kesenian dalam bentuk oratorium dalam lakon “Mulat Sarira” (Introspeksi diri) pimpinan sanggar I Gusti Ketut Kompiang Raka. Pada acara tersebut, Untung Yoga Ana selaku Ketua Panitia Penyelenggara akan memaparkan sejarah Nyepi.

Baca juga:  Tawur Agung di Denpasar, Umat Diajak Jaga Kesucian Nyepi
Jenderal Bintang Dua Polri ini menjelaskan Nyepi sesungguhnya berawal dari sejarah kelahiran Tahun Saka yakni tonggak atau babak baru dalam sejarah kehidupan masyarakat Hindu yang bermukim di lembah Sungai Sindu. Yaitu suatu daerah yang sangat subur dan akhirnya menjadi rebutan antara beberapa suku bangsa yang bermukim di sekitarnya, antara lain Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa dan Saka. Yang lebih tragis, perebutan tersebut sampai menimbulkan peperangan silih berganti dan nyaris tidak kunjung selesai.

Dominasi Politik

Pada tahun 78 Masehi, bangsa yang berkuasa di wilayah tersebut adalah bangsa dari dinasti Kushana dari suku bangsa Yuehchi dengan rajanya bernama Raja Kaniska I. Raja Kaniska I mengubah arah perjuangannya dari dominasi politik dan militeristik beralih ke sistem sipil yakni membangun kebudayaan dan memperjuangkan kesejahteraan sosial. “Komunikasi politik digagas dalam membangun budaya yang lebih menekankan pada toleransi antar suku bangsa yang ada, bersatu padu membangun kehidupan harmonis dan masyarakat sejahtera yang mengutamakan kepentingan bersama (sosial) atau Dharma Siddhi Yatra,” kata Untung Yoga.

Keberhasilan melakukan perubahan esensial dalam perikehidupan masyarakat ini dijadikan tonggak sejarah bagi peringatan Tahun Baru Saka (Kalender saka secara resmi diberlakukan) bagi kehidupan manusia di jagat raya ini dalam upaya bersama-sama mewujudkan kedamaian. “Sejarah penting inilah yang menginspirasi adanya peringatan Hari Raya Nyepi, selaras dengan tujuan perubahan yang dilakukan Raja Kaniska I, termasuk Perayaan Nyepi yang diselenggarakan masyarakat Hindu di Indonesia,” tegasnya.

Untung Yoga juga menjelaskan hakekatnya Nyepi sebagai rangkaian upacara dalam rangka peringatan menjelang datangnya Tahun Baru Saka bagi umat Hindu. Menurutnya, peringatan Tahun Baru membawa konsekuensi logis dilaksanakannya evaluasi kehidupan, terhadap kehidupan tahun yang lalu, sehingga jelas tergambar potret kehidupan kita tahun yang telah lewat. “Kejelasan gambaran hidup tersebut, memungkinkan kita mencanangkan program/resolusi untuk kehidupan tahun yang akan datang ke arah yang lebih baik, lebih positif dan lebih kondusif, damai dan sejahtera,” jelasnya. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *