petani
Kelian Subak Sayahan, Desa Jasri, Ketut Loka
AMLAPURA, BALIPOST.com – Mayoritas masyarakat Karangasem bekerja sebagai petani. Namun, perhatian terhadap petani, sejak dulu hingga kini dirasakan masih kurang. Dilihat dari nominal bantuan BKK (Bantuan Keuangan Khusus) Karangasem, subak hanya memperoleh bantuan sebesar Rp 6 juta. Itu pun hanya Rp 3 juta untuk biaya pembangunan. Sedangkan, Rp 3 juta lagi untuk biaya operasional pengurus subak.

Kelian Subak Sayahan, Desa Jasri, Ketut Loka, belum lama ini, mengungkapkan, besaran BKK untuk subak tahun ini, dirasakan sangat tidak manusiawi. Dia mengaku bukan bermaksud tidak bersyukur, tetapi kalau dilihat lebih jauh masalah subak dengan pertaniannya jaluh lebih serius dan kompleks dari pada desa pakraman apalagi banjar adat.

Baca juga:  Hektaran Padi Terancam Gagal Panen Akibat Longsor

“Dana pembangunan untuk subak cuma Rp 3 juta. Kami mau ngerjain apa untuk subak dengan dana segitu. Kadang kami berpikir, sekalian tidak terima saja,” kata Loka saat sosialisasi BKK Kabupaten dengan Dinas Kebudayaan di Kantor Camat Karangasem, belum lama ini.

Dia memberikan perumpamaan dengan dana sebesar itu, untuk membeli pasir satu truk saja sudah habis Rp 1,5 juta, belum lagi material batu, semen dan kebutuhan pembangunan lainnya, semisal untuk perbaikan irigasi atau membangun bale subak. Karena untuk subak, materialnya pasti diturunkan di pinggir jalan. Belum lagi untuk mengangkut material ke areal pertanian. Bagaimana dengan pengerjaanya, ongkos angkut dan berbagai biaya lainnya. Loka menilai perhatian pemerintah terhadap subak, masih setengah-setengah. Padahal, subak memegang peran penting, untuk keberlangsungan pertanian di Karangasem.

Baca juga:  Monyet Jarah Hasil Pertanian, Petani Datangi DPRD Klungkung

Dia berharap, ke depan nominal BKK untuk subak agar sebaiknya dikaji lagi. Karena nominal Rp 3 juta untuk menghadapi masalah subak di lapangan, diakui sangat tidak masuk akal. Apalagi, kalau dibandingkan dengan nominal BKK Kabupaten untuk desa pakraman sebesar Rp 24,8 juta dan banjar adat Rp 13 juta.

“Kalau subak dinilai penting, maka ke depan perhatian terhadap subak harus lebih serius. Subak itu memang ‘lahan basah’. Tapi basah karena ada banyak air, bukan karena banyak duitnya. Mohon ini kepada Bupati Karangasem agar lebih adil dalam memberikan bantuan ke subak. Masalah subak itu banyak, tak cukup hanya dengan dana Rp 3 juta,” tegasnya.

Baca juga:  Petani Garam di Tejakula Kian Berkurang

Salah satu kabid di Dinas Kebudayaan Karangasem, Drs. Suantara, M.Si mengakui, kalau nominal bantuan untuk subak saat ini masih kecil. Ke depan dia menegaskan, akan berupaya menyampaikan aspirasi para klian subak di Karangasem, agar nominal bantuannya ditingkatkan secara bertahap. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *