TABANAN, BALIPOST.com – Di hari raya Kuningan atau sepuluh hari setelah Galungan, krama Hindu di Tabanan khususnya di daerah Desa Pakraman Bongan, Tabanan melaksanakan tradisi mesuryak. Tradisi yang dilakukan secara turun temurun ini bertujuan mengantarkan roh leluhur kembali ke surga.

Di banjar Bongan sendiri kegiatan ini dimulai pukul 09.00 wita sampai dengan pukul 11.00 wita. Diawali dengan persembahyangan mulai dari rumah masing-masing warga, kemudian dilanjutkan di merajan (Pura Keluarga Besar), dan Pura Khayangan Tiga. Setelah prosesi ini usai, Trasisi mesuryak pun dimulai.

Seluruh keluarga besar melangsungkan persembahyangan di merajan ( pura keluarga ) memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Begitu juga kepada para leluhur yang berada di rumah sejak hari raya Galungan hingga Kuningan.

Mesuryak kemudian dilanjutkan dengan membawa segala perlengkapan upacara seperti banten dan sesajen ke depan pintu masuk rumah masing-masing. Selanjutnya para pemangku atau yang dituakan melantunkan doa-doa yang ditutup dengan mesuryak.

Masing-masing keluarga memberikan bekal berupa uang logam mapun kertas. Uang tersebut dilemparkan ke udara kemudian disambut warga lainya.

Baca juga:  Tradisi Ngusaba Bukakak Sejak Zaman Raja Sri Aji Jaya Pangus
Anak-anak maupun dewasa pun berebut saling dorong untuk mendapatkan uang. Suasana mesuryak semakin semarak dengan penampilan barong ngelawang yang turut serta mengiringi tradisi mesuryak.

Bendesa Adat Banjar Bongan Gede, I Nyoman Parwata, mengatakan tradisi mesuryak merupakan tradisi turun temurun yang ada di banjar-nya. “Mesuryak bertujuan mengantarkan roh leluhur kembali ke sorga. Karena sebelumnya yakni pada hari Raya Galungan para leluhur berada di rumah. Setelah sepuluh hari tepatnya di hari raya Kuningan kami antarkan leluhur kembali ke sorga. Kami antar dengan suka cita bergembira dengan bersorak sambil melemparkan uang ke udara yang diperebutkan banyak orang,” tandasnya.

Besarnya uang yang digunakan dalam mesuryak bervariasi tergantung kemampuan ekonomi warga. Tradisi ini ada secara turun-temurun itu tetap dilaksanakan setiap enam bulan sekali bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *