BANGLI, BALIPOST.com – Jelang Karya Pujawali Ngusabe Kedasa di Pura Ulun Danu Batur yang puncaknya jatuh pada Purnama Kedasa Selasa (11/4), persiapan terus dilakukan oleh Desa Pakraman Batur serta masyarakat Bali yang ngaturang ngayah membuat saran perlengkapan karya. Pada Jumat, (7/4), Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Provinsi Bali juga turut ngayah membuat sarana upakara.

Sarana upacara yang dibuat berupa canang, lamas, dan sarana upacara lainnya. Suasana kekeluargaan terlihat sangat kental. WHDI berbaur langsung dengan masyarakat sekitar untuk mengerjakan perlangkan upakara yang bakal dipakai saat Pujawali Ngusaba pada puncak karya nanti.

Jro Gede Batur Duuran mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan karma Bali khususnya WHDI yang sudah bersedia ngaturang ngayah di Pura Ulun Danu Batur berkaitan dengan Karya Pujawali Ngusaba Kedasa ini. Ia mengatakan apa yang dilakukan itu merupakan salah satu bentuk sujud bakti kepada Ida Bhatara yang ada di Pura Ulun Danu Batur. “Adanya partisipasi krama Hindu ini, khususnya yang bergabung dalam WHDI sangat positif sekali. Apa yang dilakukan ini pantut dicontoh,” ungkapnya.

Baca juga:  Karya Ngusaba Pura Ulun Danu Batur, Ini Pengalihan Arus Lalinnya
Jro Gede Batur mengatakan, pihaknya juga berharap krama Bali seperti STT, maupun kelompok-kelompok organisasi ngaturang ngayah. “Masih banyak perlengkapan upakara yang belum selesai dikerjakan sampai saat ini. Jadi kita harap, dengan banyaknya krama Bali yang ngayah, segala perlengkapan yang belum diselesaikan bisa cepat selesai sebelum puncak karya,” katanya.

Kata dia, untuk hari ini sebanyak 1.500 pengayah mengerjakan sarana perlengkapan upakara seperti penjor, katik sate, ancak, banten, serta lainnya. “Krama sangat bahu membahu melakukan ngayah untuk mengerjakan semua perlengkapan upakara. Jadi kita harap pengerjaanya bisa cepat diselesaikan,” katanya

Lebih lanjut dikatakannya, selain ngaturang ngayah untuk perlengkapan upakara, pihaknya juga memperkenankan warga yang ingin ngturang ayah berupa tari baris, topeng, gamelan serta yang lainnya. “Kita harap  krama Bali yang hendak ngaturang ayah silakan. Kita selaku pengemong karya mengapresiasi keinginan tersebut,” jelas Jro Gede Batur Duuran. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *