YOGYAKARTA, BALIPOST.com – Kegiatan ritual budaya Mataraman akan kembali berlangsung di Kotagede, Yogya. Kegiatan ritual tersebut berupa Nawu Sendang Seliran Kotagede. Acara akan berlangsung pada Minggu (9/4).

“Kendati acara puncaknya Hari Minggu Wage tanggal 9 April, rangkaian acara sudah kami mulai sejak Kamis Legi, 6 April,” tutur Mas Bei Hastono Sastro Purwanto, salah satu Abdi Dalem yang menjadi panitia acara ritual tersebut.

Ritual ini berlangsung setiap tahun di Kompleks Masjid Besar Mataram Kotagede Yogyakarta. Ritual berupa membersihkan kolam besar atau sendang inilah yang dalam istilah Jawa, disebut Nawu Sendang. Sendang yang dimaksud adalah Sendang Seliran Kotagede Yogyakarta. “Sendang ini berada di kawasan cagar budaya Makam Raja Mataram Kotagede,” tambah pria yang akrab disapa Mas Pur ini.

Baca juga:  Tradisi Meamuk-amukan di Padang Bulia
Awalnya, acara ini sekadar tradisi. Namun dalam beberapa tahun belakangan, pihak panitia mengemas acara Nawu Sendang menjadi sebuah rangkaian acara yang meriah dan dapat dinikmati oleh masyarakat umum serta menjadi atraksi wisata yang menarik. Prosesi ritualnya menjadi bidikan favorit para fotografer maupun kamera wisatawan.

Tahun 2017 ini, acara diawali dengan prosesi penerimaan Gunungan/Ambengan dari Keraton, lalu ada Labuh Jathilan di Kali Gajah Wong Kotagede. Kemudian ada ritual keramat Kirab Siwur dari Keraton Yogyakarta. Baru kemudian menuju lokasi utama acara Makam Raja-Raja Mataram Kotagede.

Kirab Budaya

Penerimaan Gunungan dilakukan dengan kirab budaya Ambengan Agung. Gunungan yang berupa gunungan kuliner diarak oleh ratusan abdi dalem dari Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Gunungan berisi hasil bumi dan tak ketinggalan sejumlah makanan tradisional yang menjadi ikon, seperti kipo, banjar, yangko, dan roti kembang waru yang diperebutkan untuk dimakan bersama-sama.

Arak-arakan dimulai dari Balai Desa Jagalan menuju Masjid besar Mataram Kotagede Yogyakarta. Kirab budaya tersebut diikuti Para Bregodo (prajurit) yang membawa jodhang berisi miniatur Masjid Besar Mataram.

Baca juga:  Nusa Dua Cultural Run Berlari Sambil Wisata
Ritual Nawu Sendangnya dimulai di serambi masjid. Di sendang, para abdi dalem mengambil air secara simbolik dengan siwur, dan memasukkan air ke dalam kendi, yang kemudian dibawa dengan jodhang yang dipikul.

Nawu Sendang merupakan penggambaran bersatunya keraton dengan masyarakat serta manunggalnya ulama dan umaro atau pemimpin. Karena itu, warga dilibatkan dengan berperan sebagai prajurit keraton.

Para pengunjung atau wisatawan yang akan menginap untuk mengikuti rangkaian acara, bisa menyewa homestay atau penginapan di dekat lokasi. “Untuk para wartawan dan fotografer kami menyediakan media center. Bagi rekan media yang mau menginap bisa hubungi panitia,” tandas Mas Pur.

Tradisi di Kota Budaya Yogyakarta itu, menurut Menpar Arief Yahya, bisa menjadi salah satu atraksi wisata. Di pariwisata itu ada yang disebut wisata religi dan wisata budaya, dan ada Asdep yang mengurusinya. “Kekuatan Yogya sebagai deatinasi wisata ada di sini. Tradisi, yang bisa menarik perhatian wisatawan,” jelas Arief Yahya.

Bali salah satu maestro destinasi Indonesia juga memiliki daya pikat tinggi, karena faktor budaya itu. Kesenian, perayaan hari-hari besar, iring-iringan perempuan menyunggi tumpukan buah-buahan, sampai subak, tradisi teraserring berpertanian pun menjadi objek foto-foto yang sangat viral. “60% wisman ke Indonesia karena budaya, atau culture-nya. Yang karena nature-nya 35% persen, dan 5% manmade,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *