pantai
Beberapa karyawan akomodasi pariwisata saat membersihkan limbah styrofoam di depan hotel dan restorannya. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Beton terapung yang dibangun di Pantai Candidasa, Desa Bugbug, Karangasem, hancur digulung ombak, Kamis (23/3). Akibatnya, bagian styrofoam di dalam beton terapung berukuran 3m×8m itu juga ikut hancur menjadi bagian kecil-kecil.

Parahnya, limbah styrofoam ini langsung mencemari seluruh garis Pantai Candidasa. Para wisatawan pun komplin dan pergi dari Candidasa lebih awal, karena Candidasa terlihat sangat kumuh.

Banyaknya wisatawan yang protes terhadap persoalan ini, diakui Sekretaris PHRI Karangasem, Wayan Kariasa. Dihubungi, Kamis (23/3), dia mengaku banyak menerima telpon dari para pemilik akomodasi pariwisata di sepanjang jalur Candidasa.

Sebab, sampah styrofoam ini sangat mengganggu pandangan wisatawan, yang setiap pagi biasa menikmati keindahan Pantai Candidasa. “Semua tamu komplin. Ada yang rencana menginap dua minggu, setelah lihat pantainya kotor, baru sehari langsung pergi dari Candidasa. Pantai memang jadi kotor sekali. Ini harus segera ditangani,” kata Kariasa.

Baca juga:  Bendesa Adat dan Bhabinkamtibmas Se-Bali Dikumpulkan

Kariasa menegaskan, memang ada proyek dari pemerintah pusat melalui Balai untuk membangun beton terapung tersebut, persis di sebelah bangunan pemecah gelombang di depan Hotel Asyana di Pantai Candidasa. Jaraknya sekitar 100 meter dari bibir pantai. Tak jelas, untuk apa manfaat dari dibangunnya beton terapung seperti itu.

Menurut Kariasa, kalau proyek ini mau dilanjutkan, sebaiknya betonnya harus ditarik dulu dan diamankan. “Kalau mau dilanjutkan, sebaiknya di kaji lagi. Contohnya, seperti sekarang ada styrofoam di dalam beton itu, betonnya terhempas, styrofoam-nya hancur dan mengotori bibir. Ini masalah besar bagi keberlangsung pariwisata di Candidasa,” tegasnya.

Baca juga:  Dari Oknum Notaris Dibekuk hingga Indonesia Berlakukan Aturan Karantina Baru

Tidak hanya terkait pencemaran lingkungan, masalah lain dari beton terapung ini adalah terjadinya kerusakan karang. Saat gelombangnya kecil dan permukaan air laut surut, betonnya juga turun mendekati dasar laut.

Dalam situasi ini, yang jadi korban adalah karang yang sudah tumbuh subur di dasar laut, karena beton itu menindih karang dan merusaknya. Jadi, beton mengapung ini sudah membawa dua masalah. Tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga merusak terumbu karang.

Persoalan ini juga direspons DPRD Karangasem. Komisi II dan III DPRD Karangasem sempat turun langsung ke lokasi untuk memastikan dampak proyek beton terapung ini. Dewan juga banyak menerima keluhan dari pelaku pariwisata dan para turis yang menginap di sekitar Candidasa. Pihak dewan meminta Balai untuk bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan ini.

Baca juga:  FIFA Tetap Cek Kesiapan Stadion Dipta Untuk Piala Dunia U-20

Dipihak lain, Plt. Kepala Dinas Pariwisata Karangasem I Ketut Mertadina, juga sudah mendengar persoalan ini, karena sempat viral di media sosial. Dia mengaku sudah berkoodinasi dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Karangasem. Dinas PUPR dikatakan sudah berkoodinasi dengan pihak Balai Pantai di Singaraja. Rencananya, pihak Balai yang akan segera membersihkannya.

Untuk sementara, masyarakat setempat dan pemilik akomodasi pariwisata sudah bergotong royong membersihkan pantai. Bahkan, wisatawan asing yang sudah lama tinggal di Candidasa, juga ikut turun langsung membersihkan sampah di Pantai Candidasa. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *