peternakan
Usaha ternak ayam. (BP/dok)
BANGLI, BALIPOST.com – Sejumlah peternak ayam petelur di Kabupaten Bangli merugi hingga jutaan rupiah per hari lantaran harga telur ayam yang anjlok sejak hampir sebulan terakhir. Saat ini telur ayam hanya mampu dijual peternak dengan harga Rp 26.500 per kerat, dari harga sebelumnya Rp 30 ribu per kerat.

Sang Tut Sandi, salah seorang peternak ayam petelur di Dusun Songlandak, Desa Pengiangan Susut Rabu (8/3) mengungkapkan, anjloknya harga telur ayam dirasakannya terjadi sejak pertengahan Februari lalu.

Telur ayam ukuran TB (telur besar) yang sebelumnya laku dijualnya dengan harga Rp 30 ribu per kerat, terus mengalami penurunan hingga di kisaran harga Rp 26.500 per kerat. Penurunan harga terjadi setiap dua hari sekali, rata-rata Rp 500 hingga Rp 1000.

Baca juga:  Turun Drastis, Populasi Ternak Ayam Petelur di Tabanan

Menurut Sang Tut Sandi, turunnya harga telur ayam saat ini disebabkan karena permintaan yang sedikit. Tidak adanya momen hari raya keagamaan, membuat permintaan telur menurun. Disamping itu turunnya harga telur juga disebabkan karena tidak lancarnya pengiriman ke wilayah Indonesia Timur seperti ke Lombok dan NTB lainnya.

“Di bulan yang sama tahun lalu juga sempat mengalami penurunan harga. Tapi tidak sampai seperti sekarang,” jelasnya.

Baca juga:  Harga Telur Anjlok, Peternak Kelimpungan Biaya Pakan

Dengan harga jual Rp 26.500 per kerat, Sang Tut Sandi mengaku tidak mampu menutupi biaya produksi. Biaya produksi akan bisa tertutupi apabila harga telur minimal Rp 30 ribu per kerat. Sang Tut Sandi mengatakan, dengan anjloknya harga seperti sekarang, dirinya kini merugi hingga Rp 1 juta per hari. “Kerugiannya Rp 100 ribu per 1000 ekor per hari. Saya melihara 10.000 ekor. Ya kalau dihitung kerugian per hari Rp 1 jutaan,” bebernya.

Meski kerugian yang ditanggungnya cukup besar, namun Sang Tut Sandi mengaku akan tetap bertahan dengan usaha ternak ayam petelurnya. Dirinya tak menampik bahwa anjloknya harga telur belakangan ini memaksa sejumlah peternak ayam petelur lain di desanya menutup usahannya. “Yang kecil-kecil banyak yang sudah berhenti. Karena setiap hari merugi, terpaksa mereka mengosongkan kandangnya,” ujarnya.

Baca juga:  Solusi Bertahan di 2021, Masyarakat Bali Disarankan Lakukan Ini

Agar usahanya bisa tetap bertahan, dirinya pun berharap harga telur ayam bisa segera kembali normal. Sebagaimana pengalaman sebelumnya, harga telur ayam diprediksi akan kembali normal saat hari raya Galungan mendatang. (dayu rina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *